Persib di Mata Orang Bandung yang Tidak Paham Bola

Kemenangan Persib 3-0 atas Madura United membuat Bandung gegap gempita sejak semalam. Saya turut merasakan walaupun bukanlah penonton bola.

wide image


Semalam saya nyaris tidak bisa tidur karena berisiknya orang-orang yang merayakan kemenangan Persib. Sampai pukul satu pagi, di kota, massa berkeliling pakai knalpot super berisik, menyalakan kembang api dan flare.

Persib berhasil menang telak 3-0 atas Madura United, lewat pertandingan di Stadion Si Jalak Harupat, hari Minggu, 26 Mei 2024. Kemenangan besar itu menjadi modal bagi Persib di Leg 2 Final Championship Series Liga 1 2023/2024 nanti.

Rumah saya letaknya bukan di Bandung, tapi di Cimahi. Di atas bukit, pula. Tetapi saya tetap bisa mendengar berisiknya knalpot tersebut. Menggerung dengan lagak jumawa bolak-balik. Apalagi yang ada di bawah.

Pagi-pagi, radio memutar lagu Persib sampai sekian lagu. We Will Stay Behind You. Aing Pendukung Persib. Lagu-lagu lain yang saya nggak hafal.

"Buat pendengar yang daritadi dengerin lagu Persib, punten ya ini bukan kita sendiri yang mau. ini dari tadi request semua," kata penyiar, sambil ketawa-ketawa. Sudah pasti ikut senang juga. Lalu berlanjut membaca request pesan yang isinya juga satu tema.


Assalamualaikum, Persib menang, jaya jaya jaya!

Alhamdulillah, Maung Bandung menang, tidur tenang.


Konon semalam, saat Persib bertanding, jalanan sampai sepi. Banyak yang ditutup. Namun pinggiran jalan sebaliknya: ramai dengan yang menonton. Banyak acara nobar dadakan.

Syukur pertandingannya hari libur, karena kantor saya persis seberang-seberangan dengan salah satu markas Persib. Mesti kalau bertanding, Bobotoh--sebutan fans fanatik Persib--akan mengantar kesebelasan yang mau berperang. Jalan penuh sekali sampai harus ada patroli polisi.

Driver online pun sulit ditemukan karena semuanya memilih membela sang Pangeran Biru lewat teriakan di depan layar kaca. Kalaupun ada, mereka tampak terburu-buru karena tidak mau ketinggalan momen berharga pertandingan. Setiap kali gol, ada petasan yang meledak. Wah!

Saya tidak pernah nonton bola dengan intens. Hanya sebentar saya tertarik dengan bola, waktu sekolah dasar--semata-mata karena nggak mau kalah dengan anak-anak cowok.

Berita Persib saya dapatkan dari kantor Ibu, tentu saja: Ibu saya adalah wartawan yang membawa segebung koran dan majalah setiap hari, jadi mau tidak mau, saya selalu membaca berita tentang Persib di sana. Maklum, tidak ada bacaan dari internet seperti sekarang. Berita Persib selalu punya halaman khusus dan berwarna.

Sebagaimana kesebelasan sepak bola pada umumnya, Persib juga ada masa naik turun. Setelah kemenangan terakhirnya tahun 2014 lalu, Persib sempat terseok-seok dan mengundang stress warga. Iya, Persib nampaknya adalah salah satu penentu penting happiness point Bandung.

Saya tidak bisa tidak merasakan euforia dari orang-orang di sekitar saya yang nampak bahagia. Membicarakan pertandingan dengan sumringah. Aura positif yang menebar kemana-mana. Merasa ikut menjadi bagian dari momen bersejarah bagi warga kota.

Meskipun bukan bola mania, sebagai warga Bandung, setidaknya akan mendengar bagaimana kabar Persib di musim kali ini. Entah dari keluarga, dari rekan kantor, atau bahkan sopir angkot yang bercerita antusias dengan temannya.

Pagi ini, saya harus menggunakan ojek online ke kantor. Driver menyambut saya dengan senyuman lebar.

"Hepi banget pak. Persib menang ya?" Saya, si tukang basa-basi, memancing. Benar saja, beliau langsung menjawab dengan semangat.

"Wah, saya pulang kemarin macet pisan, Teh. Semua ngerayain Persib menang," katanya bahagia. "Saya nonton di Sukajadi (Bandung Kota). Pulang ke Ciwidey macet sampai jam satu."

Sebagai catatan, Bandung ke Ciwidey itu bisa dua jam lebih. Namun suara si bapak tidak terdengar lelah. Perjalanan lima belas menit diisi dengan cerita beliau tentang nasib Persib berikutnya: Bahwa sekarang Persib sudah terasa menang karena unggul tiga poin. Dari selisih gol, Persib di atas angin. Hari Jumat penentunya, dan beliau sudah yakin Persib pasti menang.

Percakapan itu mengundang senyum saya, meskipun saya nggak ngerti bola. Saya pun, barangkali menulis ini karena dorongan itu juga. Sampai merasa harus menulis ini di blog yang jelas-jelas topiknya lebih banyak soal skincare, parfum, dan topik-topik kewanitaan lainnya.

Bagi saya, Persib bukanlah hanya klub bola. Ada kebanggaan orang Bandung di dalamnya; euforia masyarakat yang setidaknya bisa menjadi pemenang di tengah kerasnya persaingan ekonomi dan ketidakjelasan kualitas pelayanan kota. Persib menjadi sebuah token kemenangan dan perwakilan warga. (Sekali pun sekarang pemainnya lebih banyak pemain mancanegara.)

"Kalau Persib menang, semua senang," kata teman kantor saya, kepalanya pusing kurang tidur karena harus mendengar suara knalpot dan petasan sampai pukul dua.

"Perekonomian meningkat. Pawai keliling kota, pedagang yang jualan pasti untung semua. Belum lagi banyak diskonnya. Preman-preman yang stres nggak jadi ngebegal soalnya bahagia. Sopir angkot nggak gampang panas kepala. Bandung full senyum pokoknya."

Persib menang, Bandung tenang. ungkapan itu memang benar adanya.

Dan saya adalah orang Bandung yang ikut berbahagia, meskipun nggak ngerti siapa saja pemain-pemainnya dan nggak ngerti aturan bola.

(Semoga Persib benar-benar menang, karena saya juga seram dengan efeknya kalau Persib kalah 😅)

Salam,

Mega

if you love my writings, consider sign-up for my email newsletter to get monthly recap and more. 💛

Komentar

  1. Ahahhaha.. aku baca ini merasa relate tahu mba 🫣. Aku pun mana paham soal Bola..

    Tapi setuju kalau Bola memang bawa kehidupan di Kota .. cuma yaituhhh 'Syarat dan ketentuan berlaku 😵‍💫' kemarin sewaktu tim sepakbola Kotaku menang juga.. wahhhh positive vibes gimana gtu... Tapi pas kemarin kalah lawan kota sebelah... Dihh pendukungnya pada anarkis mba 😵‍💫 mana pernah waktu itu, aku lagi di Jalan naik motor.. mereka lagi saling timpukan batu... 🥴

    Aku smpe yg tutun dari motor ngikutin bapak2 buat ngumpettt...

    BalasHapus
    Balasan
    1. aduh bisa nebak nih kayaknya kota mana. wkwkwkwkw....

      sama Bay, aku juga takut kalo kalah, soalnya pasti jalanan ribut, rawan anarkisme juga. semoga tetep kondusif apa pun hasilnya. karena ada aja oknum fans yang "lupa diri" dan merasa sah-sah aja bikin kesejahteraan warga terganggu 🥲

      Hapus
  2. Jadi ingat dulu jaman smp sering nonton tim kota main di stadion. Lokasi stadionnya lumayan dekat dengan rumah. Rasanya beda kalau nonton di stadion langsung. Euforianya sangat terasa, apalagi ketika tim menang. Tahun 1999 tim juara setelah mengalahkan surabaya. Awalnya main di jakarta, kemudian dipindah ke manado untuk antisipasi kerusuhan suporter.

    Atmosfer kota kalau tim bola menang itu memang terasa beda. Pasti ramai dengan konvoi motor suporter keliling kota. Seringkali bikin macet dan suaranya berisik. Aku dan teman-temanku selalu menghindari jalanan yang biasa dilewati suporter agar tidak terjebak macet.

    Saya setuju, kalau tim bola menang, maka semuanya senang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. SMA saya juga dulu deket sama stadion home base-nya persib (sebelum ada si jalak harupat). Nggak pernah nonton langsung, tapi tetep kebagian ramainya. Minimal kebagian macet suporter, atau kendaraan umum yang saya pakai di"bajak" suporter yang mau merayakan 😅

      Still, semua hepi. Bola emang besar banget efeknya di Indonesia. Nggak heran politikus aja mau ambil suara harus pintar-pintar pedekate sama pecinta bola juga...

      Hapus
  3. Sayangnya untuk format 2024-2025 kembali ke format scudeto, persib pasti ripuh deui hehe

    BalasHapus

Posting Komentar