Sejak kecil, saya suka sekali parfum.
Ibu saya bukan penggemar parfum. Beliau lebih suka pakai deodoran saja. Saya nggak punya memori masa kecil menemukan botol-botol parfum atau aroma parfum tertentu dari beliau.
Tapi, nenek saya dulu adalah sales advisor untuk Avon. Setiap bulan saya dapat katalog dari beliau. Biarpun nggak pakai (karena semua buat orang dewasa, ya), tapi saya rajin membaca produk-roduk yang ditawarkan terutama wewangian. Setiap nama parfum saya baca, saya teliti foto-fotonya, saya ingat komposisinya.
Memang, membeli parfum tidak hanya soal membeli aroma, tapi juga kesan dan cerita yang ada di baliknya. Part of buying fragrances are buying the fairytale itself; itu yang membedakan rasanya membeli parfum di supermarket atau parfum refill yang daya tahannya katanya bisa menyaingi parfum aslinya.
Kalau memang ada yang daya tahannya sama dengan aroma yang mirip, mengapa harus yang mahal?
Konon 80% harga parfum berasal dari biaya untuk advertising dan membentuk imej. Membeli parfum mirip seperti membeli novel favorit atau mencari pasangan yang tepat. Parfum adalah hal yang sangat pribadi, seperti koki memberikan citarasa masakan atau penulis yang memiliki ciri khas tersendiri.
A right scent can write their own novel, dan dengan sendirinya juga memperkuat latar belakang penggunanya: diri kita sendiri.
Satu lagi yang menyebabkan parfum bisa dihargai tinggi: menurut riset, manusia mengingat aroma dan bau lebih lama daripada penglihatan, suara, rasa yang ada di lidah, dan perasaan. Orang dapat mengingat aroma dengan akurasi 65% setelah satu tahun, sedangkan ingatan visual hanya bertahan 50/50 dalam waktu seperempatnya (tiga bulan).
Manusia mengidentifikasi tanpa sadar dengan bau, dan saya juga termasuk. Hidung ini nggak sensitif sih, tapi mungkin karena kebiasaan sejak kecil juga, saya 'membangun' sesuatu dengan aroma. Dengan sendirinya, saya juga jadi tertarik. Mulai dari saat saya baru bisa beli fragrance mist murah di supermarket, sampai sekarang suka nabung sedikit-sedikit untuk beli yang sedikit berat di kantong.
Nah, jadi seperti sudah diketahui, parfum itu termasuk kebutuhan tersier dengan harga yang tersier juga. tapi saya adalah orang yang
Kalau punya minat dengan hal mahal dengan tetap berbudget pas-pasan, bagaimana dong?
Hobi apa pun, dengan sedikit pemikiran bisa diakali. He he.
Jenis menentukan ketahanan, tapi tidak selalu.
Poinnya adalah, harga memang menentukan kualitas, tapi tidak selalu. Eau de cologne dengan harga lebih mahal daripada sebuah eau de parfum dari merk yang tidak terkenal belum tentu lebih tahan lama. Malah bisa sebaliknya.
- Eau de Cologne / Eau Fraiche adalah yang paling ringan, dengan konsentrasi perfume oil sekitar 2%-5%. Di pasaran, eau de cologne juga dijual dengan nama body mist atau body splash. Daya tahannya paling sebentar, sekitar 2 jam dan setelah itu harus dipakai ulang.
- Eau de Toilette, memiliki konsentrasi perfume oil sekitar 4%-10%. Daya tahannya bisa mencapai 4-5 jam. Jenis ini cukup banyak dijual di pasaran.
- Eau de Parfum, jenis yang paling banyak dijual, memiliki konsentrasi 8%-15%, atau sekitar 5-7 jam. Cocok dipakai setelah mandi untuk seharian, tidak untuk dipakai berulang-ulang.
- Perfume, atau Extrait, adalah yang memiliki konsentrat paling tinggi, sekitar 25%. Ketahanannya juga tentu paling lama, bisa sehari penuh. Ini adalah jenis dengan harga yang paling mahal - biasanya diberikan dalam botol biasa, bukan botol dengan atomizer, karena pemakaiannya memang hanya dimaksudkan hanya di titik-titik nadi tertentu.
Pahami hidung dan tandai jenis parfum yang kamu sukai.
Memang iklan yang ditunjukkan parfum itu hebat: kita bisa begitu terpengaruh dengan bagaimana mereka memberikan imej untuk parfumnya.Saya pernah terobsesi (iya) dengan parfum perempuan bercita-rasa sportif, seperti eskulin hijau yang dibintangi Andien waktu itu. Sewaktu remaja saya terkesan dengan botol-botol lucu Anna Sui, kemudian ingin jadi wanita klasik dengan menggunakan Lancome.
Eit, tapi yang paling penting dari segala iklan itu adalah wanginya kita suka. Kalau memang sudah ada wewangian yang disukai, boleh dicek apa saja komposisi notes-nya (bisa cek di fragrantica), dan setiap memilih parfum, jadikan notes itu sebagai patokan.
Misal, kalau kita suka parfum yang manis dan segar... cari hanya parfum floral-fruity. Kalau senang dengan yang hangat dan elegan, mungkin vanila atau musk bisa jadi pilihan. Kalau suka dengan aroma yang segar dan agak maskulin, pilih citrus.
Banyak juga versi 'dupe' dari parfum mahal; di mana merk terjangkau mengeluarkan dengan komposisi aroma yang mirip. Bukan parfum palsu, lho. Knowledge is power.
Gunakan dengan tepat dan hemat.
Jangan menggunakan parfum dengan cara digosok, karena ini akan merusak struktur wanginya. Gunakan hanya di titik-titik nadi tertentu agar tersebar merata. Nadi leher, dada, siku, belakang lutut adalah tempat yang cocok agar parfum tersebar merata.
Ada orang yang benci parfum karena ingat kenang-kenangan 'eneg' atau membuat mabuk udara. Bergantung dari jenis aromanya, ada notes parfum yang bisa lebih tahan lama karena komposisi. Parfum dengan aroma 'berat', seperti vanilla atau musk, cocok dipakai saat udara dingin, karena berevaporasi dengan udara lebih lama. Sebaliknya, bila dipakai di cuaca panas, yang ada bisa bikin eneg orang lain.
Jadi hati-hati dengan pemilihan aroma, ya. Untuk cuaca panas, lebih baik memilih yang ringan seperti aroma bunga dan buah. Kalau kita memilih jenis parfum yang sesuai dengan kebutuhan seperti di no. 1, maka penggunaan parfum pun boleh jadi tidak akan boros.
Don't blind buy atau beli versi KW! Coba lewat tester, vial, atau decant.
Di kota saya, banyak tempat isi ulanng parfum dengan harga yang tidak sampai 10% dari harga aslinya. Karena bibit langsung dari pabrik, katanya, jadi bisa lebih murah.Begitu juga dengan toko online - banyak yang menyediakan parfum dengan label "99% grade ori", "original Eropa", "Original Reject", dan "Original Singapore". Ada yang dijual dengan boks atau tanpa boks. Percayalah, semua parfum itu adalah nama lain dari parfum tiruan. Aroma dan kualitasnya sudah pasti berbeda dengan yang asli.
Saya pernah sengaja membeli yang refill untuk dibandingkan dengan yang asli. Memang karena penasaran. Aromanya memang mirip, tapi beda, lho. Mungkin kalau memang tidak berminat/tidak terlalu memikirkan, parfum KW bisa lewat Quality Check. Parfum KW dengan yang asli kemiripannya sekitar 60%-70%.
Daripada membeli yang KW atau ori reject karena ingin memakai sesuatu yang bermerk tapi bukan, lebih baik mencari versi dupe alias parfum merk lain yang aromanya setipe/mirip, tetapi asli.
Barang yang asli dengan aroma mirip akan lebih otentik dibandingkan barang palsu yang dibuat menyerupai asli. Selain itu, kita juga nggak tahu kan, apakah si parfum KW tersebut mengandung zat berbahaya atau tidak?
All Around Conclusions
Saat ini, meskipun saya "suka" parfum, bukan berarti saya punya satu lemari yang penuh dengan koleksi. Malah karena saya suka, jadinya saya memilih-milih sekali apa yang akan saya pakai dan beli. Setiap kali saya beli, saya memastikan saya memang suka.Tidak heran meskipun saya bilang saya "suka" parfum, tetap saja saya hanya membelinya beberapa bulan sekali. Malah seringnya saya beli ukuran mini, atau hanya sampel. Maklum, menyesuaikan dengan kondisi keuangan juga.
Fragrance and lipstick for me are like clothes. It's fun to explore dan mencoba macam-macam, selain menaikkan kebahagiaan diri sendiri dan juga kepercayaan diri. Terlebih ketika menemukan barang yang bagus dengan harga murah. (Wih, kayaknya semua orang suka harga murah). Yang penting jangan sampai mengganggu kondisi keuangan keseluruhan, dan tahu pasti kapan kita bisa belanja dan kapan harus berhemat.
Hmm, kayaknya saya bakal lebih sering berbagi soal parfum ini juga sih, soalnya saya lebih suka eksplor parfum dan kalau beauty review sudah banyak yang lebih oke.
Komentar
Posting Komentar