Yang Harus Disiapkan Saat Baru Membeli Rumah Kelas Menengah Mepet

matahari terbit di ujung jalan rumah.


Sudah dua tahun lebih sedikit kami menempati rumah ini. Setelah perjuangan berhutang alias KPR, lalu menempati, menabung lagi untuk isi, dan sebagainya, sekarang bisa dibilang kami sudah cukup settle, alias terbiasa. Terbiasa dengan jaraknya yang agak jauh, terbiasa dengan lingkungan sekitar, dan juga terbiasa dengan sedikit titik bocor di sana-sini. Ha ha ha…

Masih banyak PR, tentu saja. Mulai dari garasi yang perlu direnovasi sampai pagar yang belum berdiri. Isi rumah juga masih banyak yang harus dilengkapi. Tapi motto kami, slow but sure. Menabung pelan-pelan untuk membeli big ticket items yang diinginkan; sambil berjibaku dengan perbaikan dan penambahan.

Perumahan kami bukan perumahan subsidi, tapi juga bukan perumahan elit. Saya biasa menyebutnya sebagai “perumahan kelas menengah mepet” alias nanggung: ke atas enggak, ke bawah juga enggak. Sesuai kemampuan aja sebenarnya; tapi dengan fasilitas yang ada, tentu kami harus menyiapkan beberapa biaya tambahan.

Mengapa?

Sebelumnya saya sudah cerita panjang-lebar perjalanan kami menemukan rumah ini di postingan yang lalu. Nah, selain uang muka, biaya KPR, dan tentu saja kemampuan cicilannya, rumah kelas menengah bukanlah rumah yang bisa langsung ditempati. Kadang ada bonus-bonus yang diberikan perumahan, tetapi hal tersebut tidak sama rata di seluruh perumahan dan bukan kewajiban.

Setelah mengobrol dengan teman-teman yang juga sesama pejuang KPR, terutama yang berada di kelas perumahan yang sama, ternyata kebutuhan tambahan rumah baru itu nggak jauh beda. Karena itu saya putuskan untuk catat di sini sebagai lanjutan dari seri Abang dan Neng menjadi petualang KPR, hahaha.

Hal ini hanya berlaku di rumah berstatus baru dari developer untuk perumahan kelas menengah (terutama yang mepet), terutama di wilayah Bandung Raya ya. Berbeda tipe perumahan, beda wilayah, biasanya kebutuhannya sedikit berbeda, tetapi pada umumnya kita juga perlu menyiapkan biaya untuk hal-hal berikut:

Sumber dan Tangki Air

Selain lokasi, air adalah faktor utama penentu perumahan. Sebelum memutuskan membeli rumah, tentu kita harus tahu dari mana sumber air utama untuk rumah tersebut. Untuk di wilayah Bandung raya, biasanya ada beberapa pilihan:

  1. Menggali sumur sendiri
  2. Sumber air yang dikelola perumahan
  3. PDAM

Perbedaan sumber ini akan menghasilkan biaya lanjutan tersendiri. Kalau opsi-nya nomor satu, sudah pasti kita harus keluar uang lagi untuk memanggil jasa gali sumur yang dihitung per meter. Untuk nomor dua dan tiga, yang kita harus pastikan adalah ketersediaan tangki atau tandon air. Apalagi mengingat ada kemungkinan layanan tersebut bisa berhenti sewaktu-waktu; karena masalah teknis atau lainnya.

Biasanya, perumahan memberikan satu tangki/tandon air, sebagai bagian dari spesifikasi rumah maupun bagian dari gimmick. Perumahan saya juga memberikan bonus tandon dengan ukuran 500l. Nah, ukuran 500l ini termasuk kecil, apalagi kalau penghuni rumahnya lebih dari dua orang.

Selain tangki 500l dari perumahan, kami menambahkan ground tank (tangki bawah tanah) dengan kapasitas 1000l. Pemasangannya dilakukan bersamaan dengan proses pembangunan, sehingga tidak perlu bongkar-bongkar.

Dengan total kapasitas 1500l, tangki ini lebih dari cukup untuk kebutuhan kami berdua. Tercatat beberapa kali kasus air macet karena masalah teknis, kami tidak pernah mengalami benar-benar kehabisan air, karena masih ada cadangan di ground tank.


Tambahan Ruang Belakang (Benteng)

Rumah kelas menengah biasanya memiliki tanah berukuran kecil—mulai dari 60 meter sampai 120 meter. Untuk tanah di atas 72 meter, ada space untuk halaman belakang; tetapi karena sempit, biasanya tempat ini berbatasan langsung dengan tetangga. Dengan kata lain, kalau buka pintu belakang, udah bisa halo-halo gitu sama tetangga belakang (dan jemurannya).

Developer biasanya tidak menyediakan fasilitas benteng pembatas ini saat kita membeli rumah, sehingga kita harus mengurusnya sendiri. Ada yang bawa tukang sendiri, bisa juga bekerjasama dengan tukang yang mengerjakan rumah tersebut. Biayanya beragam dan hitungannya mulai per meter. Kalau lebih teliti lagi bisa juga beli bahan sendiri, kemudian menggunakan tukang yang dibayar harian.

In our case, benteng dibuat langsung saat pembangunan rumah, karena kami deal dengan tukang yang mengerjakan rumah kami. Jadi rumah nggak berantakan dua kali. Oiya, karena waktu itu rasanya rumah bakal sempit, kami nggak menyediakan outdoor space di belakang. Sesuatu yang sedikit saya sesali soalnya sebenernya masih bisa disisakan barang satu-dua meter hahahaha. Tapi ya udah, nanti aja benerinnya kalau udah ada rezeki lagi.

Keperluan Kamar Mandi

Kenapa keperluan kamar mandi? Karena kamar mandi adalah tempat yang penggunaannya relatif tinggi. Sehari minimal dua kali mandi, ditambah keperluan lain di toilet, belum lagi kalau anggota keluarganya lebih dari dua. Menggunakan sanitary yang baik hukumnya wajib supaya nyaman dan terutama mudah membersihkannya.

Nah, masalahnya adalah, kebanyakan developer memberikan fasilitas “seadanya” untuk kamar mandi ini. Entah sambungan-sambungan yang murah, toilet yang murah, atau showerhead plastik. Mereka semua relatif nggak tahan lama. Bisa saja mengganti di kemudian hari, tapi akan merepotkan karena penggantian ini membutuhkan pembongkaran dinding yang akan menghabiskan waktu dan biaya. Untuk rumah ready stock hal ini memang tidak terhindarkan; tetap, baiknya dilakukan sebelum rumah benar-benar ditempati.

Apabila rumahnya jenis inden—alias dibangun setelah akad—maka keperluan ini bisa lebih fleksibel. Beli duluan, lalu berikan ke tukang yang mengerjakan. Apabila membutuhkan pemipaan khusus atau lainnya, seperti jalur air panas, maka hal itu juga bisa direncanakan terlebih dahulu. Jadi saluran airnya bisa lebih rapi.

Waktu awal pembangunan, dana kami cukup terbatas, jadi kami memprioritaskan showerhead. Masih ada pe-er ganti toilet dengan yang ukurannya lebih besar, tapi ya itu, udah males mikirin bongkarannya duluan dan biayanya hahahah. Mungkin nanti kalau keperluan-keperluan urgent lainnya sudah terpenuhi.

Oh iya. Karena kami memang berencana memasang pemanas air, maka jalur pipa dan jalur gasnya sudah diset lebih dulu. Saat ini, meskipun menggunakan pemanas air gas, kamar mandi tetap rapi dan tidak bau gas, karena gasnya tetap ditaruh di dapur.

Showerhead yang kami pakai sekarang, merek Wasser, sudah bertahan hampir tiga tahun dan kualitasnya baik. Meskipun mudah dibersihkan, untuk mencegah jamur air, sebaiknya selalu dilap segera setelah dipakai. This will keep your showerhead shinier for a long time—kami selalu punya handuk kecil tergantung di gantungan handuk untuk ini.

Three-way showerhead, Wasser: buy here

Rinnai water heater: buy here


Pagar dan Kanopi

Ini benar-benar pekerjaan besar—dan mahal—karena harga besi selalu naik. Dua hal ini adalah yang masih menjadi pekerjaan terhutang dari rumah kami. Ada perumahan yang memberikan bonus kanopi, tapi lebih banyak yang tidak. Ada juga perumahan yang melarang untuk membuat pagar, atau membolehkan di tahun kesekian. Sebaiknya dicek dulu ke developer.

Di perumahan saya, orang bebas membuat pagar dan kanopi. Atas alasan prioritas, kami memutuskan membuat kanopi terlebih dahulu. Itu juga nabungnya butuh waktu lama sehingga baru bisa terlaksana di akhir tahun 2023. 😁 Seperti biasa, Abang tipe yang nabung agak lama gak masalah selama dapat material yang dimau, jadilah kami bertahan tanpa kanopi demi bisa beli besi bagus hahaha.

Jenis kanopi sendiri bermacam-macam dengan berbagai tingkatan biaya, di antaranya:

  1. Kayu, sangat kuat bila kualitasnya bagus, dengan harga yang menjulang juga. Cenderung berat.
  2. Baja ringan, rawan karatan di sambungan-sambungannya
  3. Besi hollow dengan berbagai ukuran. Semakin besar ukuran, semakin mahal dan semakin kuat.

Begitu juga dengan pilihan penutup kanopi, ada beberapa pilihan. Ini hanya sedikit dari beberapa bahan yang kami riset untuk calon. Endingnya kami memilih UPVC double layer. Material campuran plastik ini tebal, tahan lama, dan paling utama: nggak berisik kalau kena hujan. Material yang kami pertimbangkan, antara lain:

  1. Polikarbonat - berisik dan rawan buram
  2. Spandek (Zinggalum) - tipis, mudah bengkok, risiko berkarat
  3. UPVC (Alderon, dll.) - pilihan satu lapis atau dua lapis
  4. Kaca - berat, mahal, dan perawatannya cukup sulit (kalau nggak dirawat nanti buram, jelekk)

Untuk pagar sendiri, karena masih panjang perjalanan kami bikin pagar (desain yang sreg pun belum nemu), jadinya saya belum bisa nulis. Plus it’s not a fun experience buat dituliskan buatku (ha ha), jadi ya udah, segini aja ya tulisan singkatnya. Yang pasti, biaya yang dikeluarkan cukup besar, tapi worth it dengan kualitasnya. Jadi menurut saya, nggak masalah pelan-pelan merencanakan ini; yang penting bisa dapat hasil yang diinginkan.

Perbaikan Tahunan

Ini memang biasanya baru disiapkan setelah setahun, sih: tapi tidak ada salahnya untuk ditaruh di sini. Konon, rumah se-mahal apa pun, se-elit apa pun, akan tetap ada kerusakan yang muncul. Jadi, setiap tahun, idealnya menyediakan dana khusus untuk ini. Masa retensi rumah biasanya hanya tiga bulan, jadi menyiapkan sejak awal adalah hal yang baik.

Berapa nominalnya? Patokan ideal (saya lupa sumbernya, tapi dari website luar negeri) dana untuk persiapan perbaikan ini adalah 2-4% dari harga rumah. Tampak kecil, tapi kalau disebut nominalnya, walah lumayan juga. Saya termasuk golongan nekad yang biaya perbaikan masuk ke cushion fund / dana darurat, tapi sejauh ini masih aman sih. Seiring pertambahan umur rumah, pasti dana yang disediakan harus semakin besar.

Perbaikan bisa mulai dari hal yang “kecil”, seperti menambal dinding retak rambut atau bocor setitik; bisa juga hal yang memusingkan, seperti kebocoran saluran air yang nggak ketahuan di mana, sampai ada bagian rumah yang keropos atau roboh.

Tentu saja, untuk rumah baru, hal ini cenderung minimal. Tapi satu yang perlu dijadikan perhatian saat membeli rumah kelas menengah mepet: harga ekonomis non-subsidi adalah selling point-nya. Artinya, bahan bangunan yang digunakan tidak selalu yang terbaik. Sehingga kadang adaa saja masalahnya. (Sebagian ini memang curhat).


Rumah (apalagi dengan KPR) adalah sebuah komitmen panjang

Waktu belum punya rumah, rasanya ingin buru-buru, karena tidak nyaman kalau tidak punya rumah sendiri. Terlebih posisi kami waktu itu tidak bisa tinggal di rumah orangtua, dan mengontrak sayang rasanya dengan lokasi yang ada saat itu. Memilih rumah dengan KPR dirasakan adalah pilihan yang paling masuk akal.

Sekarang? Untungnya, perasaan itu masih sama. Kami bersyukur mendapatkan tempat tinggal untuk kami berdua, dengan lokasi yang nyaman meskipun bukan lokasi ideal (masih terlalu jauh dari tempat kerja). Namun yang kami sadari sekarang, KPR tuh lama banget ya HAHAHAHA. Kami bercita-cita melunasi lebih cepat dari yang seharusnya. Semoga saja dapat terlaksana.

Pun tempat tinggal—rumah—bukanlah sesuatu yang dapat terjual dengan cepat. Bagi yang pendapatannya masih terbatas, sebaiknya tidak terburu-buru. Giliran nanti terjadi sesuatu, malah harus pindah, dan rumah yang sudah dibeli malah jadi terbengkalai (lain kalau keadaannya darurat). Tinggal di suatu tempat dan menetap adalah waktu yang panjang dan memerlukan komitmen benar-benar.

Perjalanan kami mendapatkan rumah ini tidak sempurna, dan banyak hal yang harusnya bisa kami pilah lebih baik; namun ini-lah rezeki kami sekarang, dan kami akan berusaha menjaganya sebaik-baiknya.

Salam, 

Mega

if you love my writings, consider sign-up for my email newsletter to get monthly recap and more. 💛

Komentar

  1. Aku bingung mau komen apa karena kayak mupeng aja gitu sejak baca judulnya...

    "Membeli Rumah"

    aku ingat dulu juga pernah komen blognya Mega pas nulis tentang awal ngebangun rumahnya, ngasih doa juga ke aku biar cepet kebeli rumah juga..

    eh ternyata, tahunan berlalu.. masih sama, hahaha *i don't know harus sedih atau ketawa nih

    dan benarlah ya kalo bangunan rumah itu baru satu hal, belum dengan hal-hal lainnya yg lumayan sedot biaya kayak sumber air dan printilan lainnya.

    Jadi makin ga kebayang sih apakah aku mampu beli rumah atau tidak. TAPI, kalo orang lain bisa, kenapa aku engga.

    oia, orang bilang katanya overall lebih murah beli tanah dulu trus ngebangun sendiri rumahnya dikit-dikit daripada KPR dan udah dibikinin seadanya tapi nanti rombaknya banyak juga.

    iya kah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. "oia, orang bilang katanya overall lebih murah beli tanah dulu trus ngebangun sendiri rumahnya dikit-dikit daripada KPR dan udah dibikinin seadanya tapi nanti rombaknya banyak juga."

      betulll! jauh lebih murah dan bisa diatur sendiri. kontraktor itu ambil margin sampai 40% dan dari harga jual itu developer bisa ambil 100% keuntungan. bisa dibilang KPR itu sangat merugikan. lalu apa dong yang menguntungkan dari KPR? (kok malah nanya)

      Jawabannya adalah waktu dan pengawasan. Karena ngumpulin uang dengan jumlah besar memang sulit. Terlebih untuk membangun rumah sendiri butuh punya tanah dulu; dan beli tanah sekarang selain susah nyarinya, perlu teliti (ada kenalan, tahu caranya), kalau bukan dari developer kurang perlindungan hukum, dan butuh modal jauh lebih besar.

      Setelah beli tanahnya pun masih harus bangun rumahnya. beli bahan dan bayar tukang nggak bisa pakai ngutang. harus diawasi sendiri. baiknya dibantu oleh keluarga yang bisa dipercaya supaya tetap terawasi. memang lebih murah, tapi setiap kali keluar uang butuh nominal yang tidak kecil.

      KPR yang benar dilindungi oleh hukum, karena produk finansial adalah hal yang sangat2 diawasi. selain itu modal awalnya lebih kecil karena banyak promo, terlebih pas jaman covid kemarin hahahaha aku-lah orang yang nekad nyicil rumah pas covid itu. selain itu ya bisa membayar sedikit2 sambil langsung ditempati.

      tentu saja ini lain lagi kalau memang ada pertimbangan lain (dari segi prinsip hidup, misalnya tidak mau terikat riba), dan sebagainya. kalau pertimbangan aku dan suami seperti di atas, kang. hehehehe... memang bisa aja sih kami nabung bbrp tahun baru cari rumah yg lebih layak, tapi posisi kami waktu itu kepepet dan nyari kontrakan cukup sulit (yang masih memungkinkan kami nabung) karena ada kendaraan roda empat.

      Seandainya ada rumah orangtua, tentu kami akan pilih opsi itu, sayangnya ga ada juga. jadilah KPR nekad ini jadi pilihan. Tiap orang pasti bisa beda2 caranya, yang penting adalah nekad yang terukur hahahaha....

      temen saya dulu jg ada yang blm tau kapan beli rumah, tp dia nyimpen dulu aja. ga nyangka2 ada rezeki dapat tanah, dan dia pun bangun rumahnya sedikit2. bener2 mulai dari satu ruang serbaguna dan satu kamar mandi. setelah 4 tahunan akhirnya sekarang udah proper, rasanya ikut bangga :") dari ceritanya itulah saya yakin tiap orang rezekinya bener2 bermacam2, ada yang lewat ngutang kayak saya, ada yang caranya kayak temen saya itu...

      Hapus
    2. yes, thank you for the reply...!

      Hapus
  2. "Terbiasa dengan jaraknya yang agak jauh, terbiasa dengan lingkungan sekitar, dan juga terbiasa dengan sedikit titik bocor di sana-sini." Mba di bagian ini, I feel you banget bangett. Bahkan aku baru bisa berdamai dan legowo dengan jarak yg jauh dari kantor setelah beberapa tahun tinggal HAHA. Kanopi itu signifikan banget in my case krna bikin rumah lebih adem dan cat kendaraan jadi g cepet kusam.
    Selamat menjadi pejuang KPR Mbaa, semoga diberikan jalan untuk dapat melunasi pokok pinjaman lebih cepat, aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha toss dulu kak zi! sekarang aku udah enjoy dengan jarak ini, malah hepi karena di dekat rumah banyak tempat jajan murah ahahaha. Waktu itu emang sih pengen bikin kanopi dulu, tapi berhubung budget cekak akhirnya menahan diri. Trus mikir kalau bikin kanopi seadanya, nanti malah males bongkarnya dan males nabung lagi 🤣

      Terima kasiiih :') 15 tahun itu lama banget bok... semoga bisa diperpendek tenornya, hahahaaa....

      Hapus
  3. Ehmm.. mulai jalan-jalan lagi ke dunia blog.. eh ada nama baru tetapi lama.. Juga ada yang punya rumah baru. Cuma mau bilang selamat dengan rumah barunya. Semoga rumah itu membawa kebahagiaan bagi para penghuninya dan semoga penghuninya selalu dilimpahi keberkahan...

    Dah itu dulu.. mau kabur dulu.. tar kalo inget balik lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. waahhh halo mas Anton!! lama tidak berjumpa (sungkem dulu). hehehe mari kemari.. mari kita menulis lagiii... terima kasih banyak untuk doanya. semoga rumah mas anton juga selalu membawa kebahagiaan dan keberkahan :D

      hati-hati di perjalanan kaburnya... 😄

      Hapus

Posting Komentar