Photo by Cristofer Maximilian on Unsplash
Postingan ini adalah terusan dari postingan tentang Lifelong Learning beberapa waktu lalu.
Pembelajaran terus-menerus, seperti yang sudah saya jelaskan di beberapa postingan lalu, adalah life skills--bukan sesuatu yang dilakukan sebentar, lalu selesai. Tidak ada pencapaian khusus; kapan harus menguasai A, kapan harus menguasai B.
Dengan sendirinya, sebenarnya memulainya juga sangat mudah dan bisa jadi sudah kita lakukan di kehidupan sehari-hari. Yang diperlukan adalah penyadaran bahwa pembelajaran itu penting dan memungkinkan untuk dilakukan. Nggak perlu susah-susah, bisa dimulai dari yang terdekat.
Memangnya apa saja yang bisa dimasukkan dalam langkah-langkah lifelong learning? Coba cek deretan hal berikut, sudah pasti ada hal-hal yang sudah kita lakukan sebelumnya. Kalau belum, ini waktunya memulai!
Buat Target Sederhana
Target sederhana ini, bagi saya, bisa “menyelesaikan 12 buku di tahun 2021”. Atau “bisa menulis dengan huruf hangul di akhir tahun”. Targetnya bisa sekecil dan sebesar mungkin, sesuai dengan apa yang ingin kita pelajari.
Tapi jangan lupa untuk tetap realistis dan menyesuaikan dengan pola hidup sehari-hari, ya! Jangan sampai target ini malah memberatkan lalu jadi bikin malas. Lifelong Learning pada dasarnya akan dilakukan sepanjang hidup.
Miliki Mentor
Mentor memberikan kita bimbingan dan mengingatkan ketika kita terlewat atau berbelok ke arah yang salah (lho). Mentor bisa se-formal guru, atau sesederhana figur orangtua, figur senior, dan figur di sekitar yang dianggap ahli untuk topik yang sedang dipelajari.
Bagaimana kalau tidak ada sosok mentor di sekitar? Sosok yang ahli di mana pun bisa menjadi “mentor virtual” kita. Entah pengarang buku, YouTuber, atau malah sesama blogger. Seperti biasa: ambil yang baiknya, buang bagian yang tidak harus diikuti.
Ada sosok mentor yang saya dapatkan dari dunia kerja, ada juga yang dari dunia pertemanan, bahkan juga dari blogging hehe. Mungkin nggak semua mentor itu kenal saya, yang penting saya dapet pelajaran dari mereka.
Pilih Siapa yang Diikuti di Sosial Media
Jadikan sosial media sebagai tempat kita untuk belajar, bukan tempat untuk menghabiskan waktu. Pilih dengan baik siapa yang kita ikuti, apakah bermanfaat atau hanya memberikan distraksi.
Karena sosial media bagi saya juga adalah tempat untuk catch-up dan mengobrol dengan teman online, jadinya saya membuat akun baru yang khusus untuk “belajar”, dan memilih untuk sering log ke akun tersebut, agar dapat lebih fokus.
Nah, kalau sudah waktunya istirahat? Tentu saja kembali ke akun sebelah di mana banyak shitposting untuk hiburan, ha ha ha.
Baca Buku yang Bermanfaat
“Bermanfaat” ini bisa berarti macam-macam. Bisa menambah ilmu, bisa juga menghibur dan membuat bahagia. Buku yang ditujukan untuk hiburan seperti novel juga memberikan banyak pengetahuan, jadi jangan lewatkan buku-buku tersebut.
Kalau memang sedang mempelajari suatu topik, tentu saja, jangan ragu untuk mencari buku-buku yang sesuai dengan topik tersebut. Sebelum memutuskan untuk membeli, jangan lupa mengecek dulu resensinya di goodreads atau situs review lain.
Hal ini benar-benar wajib dilakukan terutama kalau membeli atau meminjam buku nonfiksi. Buku nonfiksi seringkali memberikan judul bombastis, namun isinya tidak sebanding. Jangan tergiur dengan buku nonfiksi yang judulnya clickbait--selalu cek resensinya sebelum memutuskan membaca.
Photo by Harris Vo on Unsplash
Simpan Artikel-Artikel Menarik Untuk Dibuat Intisarinya
Ini adalah favorit saya, mungkin karena saya juga blogger ya. Saya menggunakan feedly untuk mengumpulkan artikel-artikel dari website yang saya suka. Kalau ada waktu luang, saya membuat point-point penting dari artikel tersebut. Bisa juga digabungkan dengan artikel yang lain, lalu saya rangkum menjadi artikel tersendiri.
Membuat intisari sendiri menjadikan hal yang kita baca tidak kita lupakan begitu saja. Hal yang saya lakukan ini juga bisa bermanfaat menjadi post blog baru, karena biasanya itulah yang saya lakukan saat membuat draft post.
Ikuti Webinar dan Course Tentang Topik Terkait
Nah, ini sudah pasti. Banyak pilihan webinar dan course yang sekarang ditawarkan di internet, baik gratis maupun berbayar. Kalau saya lebih suka cari yang gratis dulu baru berbayar (haha). Tentu saja, ada perbedaan untuk materi gratis dan berbayar.
Materi yang gratis biasanya diberikan untuk materi yang bersifat garis-besar, atau topik-topik “cabutan” dari sebuah topik yang lebih ekstensif. Kalau kita sudah merasa tidak cukup dengan materi yang diberikan di materi yang gratis, mungkin materi berbayar bisa dijadikan pilihan.
Apakah itu berarti materi yang gratis tidak berharga untuk diikuti? Tidak juga. Dari garis besar yang diberikan tersebut, kita bisa melakukan riset lebih lanjut dari berbagai sumber. Memang, lebih lelah kalau mencari sendiri, tapi akan tetap sama menyenangkan.
Jangan lewatkan kesempatan beasiswa dalam bentuk kepesertaan course. Kartu Prakerja dan Digital Talent Academy adalah beberapa contoh program yang menerapkan metode tersebut.
Tonton Film, Seri, Atau Dengarkan Podcast Tentang Topik yang Disukai
Hal-hal ini adalah pilihan utama bagi orang yang metode belajarnya audio-visual. Saya jarang banget nonton film dan cenderung untuk hiburan. Setelah menonton baru deh, saya ngeh banyak hal baru yang bisa saya pelajari di sana.
Film atau seri bisa menghibur tapi juga memberikan banyak pengetahuan… kalau memilih film yang tepat. Kalau memang sedang belajar membuat video, misalnya; sudah jelas ya, menonton film menjadi salah satu cara efektif.
Dengan menonton film, kita bisa mempelajari cara menyampaikan cerita, mengambil gambar, dan lainnya.Kalau sedang mempelajari sejarah atau budaya tertentu, film atau seri juga bisa jadi pilihan.
Untuk format podcast, saya baru tertarik dengan format ini beberapa waktu terakhir. Biasanya saya cepat capek dengar podcast, entah mengapa. Ternyata banyak juga podcast yang bersifat mendidik atau obrolan tentang berbagai topik yang bermanfaat.
Karena saya menggunakan motor, sepertinya nggak cocok ya denger podcast di jalan.Saya cenderung mendengarkan podcast saat sedang melakukan pekerjaan rumah tangga, biasanya; yang butuh waktu panjang dan bikin bosan, misalnya beres-beres atau menyeterika.
Tuliskan Hasil Belajarmu!
Menuliskan apa yang dipelajari bisa membuat kita mengingat lebih baik apa yang sudah kita pelajari. Saat belajar, jangan lupa menyiapkan buku catatan atau notes di ponsel/tablet, dan catat poin-poin yang perlu perhatian khusus.
Setelah sesi, review lagi catatan yang sudah dibuat: apa yang sudah dimengerti, apa yang memerlukan referensi tambahan? Apa simpulan yang bisa ditarik sejauh ini?
Menuliskan hasil belajar bisa juga dibagi kepada orang lain; misalnya dalam bentuk blog. Selain bermanfaat untuk diri sendiri karena kita jadi terlatih menyampaikan isi pikiran, siapa tahu bermanfaat untuk orang lain.
Metode inilah yang paling sering saya gunakan, karena saya juga suka ngeblog, he he. Belajar menjadi lebih menyenangkan karena saya tahu sambil belajar juga saya bisa mencari materi baru untuk blog.
Photo by Giulia Bertelli on Unsplash
Konsisten dalam Mengerjakan Proyek Pribadi
Konsistensi selalu penting apa pun yang kita kerjakan. Ketika sudah berkomitmen akan sesuatu, konsisten dalam mengerjakannya akan memberikan kita proses yang pasti. Kalau kemajuan itu subjektif, tapi yang pasti, konsisten pengerjaan tidak akan rugi.
Rutinitas juga membangun kebiasaan sehingga lama-lama kita bisa mengerjakannya tanpa berpikir lagi. Kalau memang mau belajar dari buku, maka pastikan untuk membaca setiap hari. Kalau mau nonton film, misanya, ada target satu film yang ditonton setiap minggu, dan sebagainya.
Bagi saya saat ini, blog adalah proyek utama: karena itu sebisa mungkin saya menulis setiap hari kerja, dengan akhir minggu khusus untuk review, riset topik, sourcing gambar, dan mempersiapkan tulisan agar siap menjadi postingan.
Mencari Pekerjaan yang Terus Memberikan Pengembangan Pribadi
Kalau mau belajar langsung, tentu saja, carilah pekerjaan yang memang memberikan kesempatan untuk berkembang dan belajar hal baru. Ketika sudah stuck dengan pekerjaan di kantor lama, mungkin ini saatnya mengembangkan sayap di tempat lain.
Di sisi lain, saya adalah tipe orang yang memisahkan pekerjaan dengan pengembangan diri. Ya, pekerjaan memang bisa menjadi satu pintu pengembangan diri; namun saya tahu pekerjaan tidaklah selalu ideal. Kadang pekerjaan hanyalah cara kita mendapatkan uang untuk bertahan hidup, dan hal itu sama sekali tidak salah.
Namun, ketika pekerjaan memberikan satu kesempatan untuk belajar--entah dari proyek yang sedang dipegang, atau jabatan baru, maka inilah kesempatan kita untuk mencari tahu: apa yang ingin kita pelajari lebih lanjut? Pekerjaan bisa menjadi pintu masuk bagi kita untuk lebih dalam tahu tentang hal tersebut.
Final Verdict
Pada intinya, ada banyak sumber yang tersedia di sekitar bila kita memang ingin belajar. Bisa dari hal sesimpel video youtube dan sosial media yang kita gunakan sehari-hari, sampai belajar langsung dari ahlinya. Akan saya tutup artikel ini dengan quote klasik:
Di mana ada kemauan, di situ ada jalan.
Komentar
Posting Komentar