Gentle Sunday

(Semoga) Berhenti di Bearblog

tanya-staton-dupe

photo by Tanya Staton.

Mencari blogging platform yang menyenangkan dan membetahkan, sepertinya akan selalu jadi hal yang jadi godaan para blogger. Seringnya sih keasikan cari platform apa yang bagus, ujungnya lupa nulis. Mencari platform seakan menjadi distraksi yang terkesan produktif meskipun tidak menghasilkan apa-apa.

Sejak dulu saya selalu penasaran dengan platform blog baru. Mulai dari blogspot di era akhir 2000-an, wordpress, sampai tumblr dan posterous—blogging service yang hanya seumur jagung. Pokoknya, itu sudah jadi kebiasaan. Namun pada akhirnya, saya selalu kembali ke blogger. Terutama karena kemudahan dan ke-gratis-annya, hehe.

Bertahun-tahun, blogging dengan Blogger setia jadi pilihan saya. Saya sempat berganti domain, tetapi tetap menggunakan platform yang sama. Meskipun Blogger adalah “mesin” lama, dia masih cukup reliable. Terlebih kustomisasi tampilannya cukup mudah dan banya pilihan.

Sampai dua tahun terakhir saya dihadapkan dengan berbagai opsi yang membuat saya memikirkan untuk pindah platform. Saya masih menggunakan blogger, tapi mulai melirik berbagai opsi lain, sambil tetap berusaha posting secara rutin. 

Blogger Mudah dan Familier, tapi Tidak Menyenangkan

Saya tidak pernah pindah ke self-hosting karena perlu biaya lebih dan juga maintenance yang lebih. Betapapun kadang tampilan blog self-host orang begitu cantik dan membuat saya iri, saya nggak pernah tergoda untuk self-host. Maklum, saya gaptek dan mageran. Self-host yang kebanyakan berbasis wordpress terlalu merepotkan untuk sekadar website personal.

Blogger memang mudah digunakan. Apalagi bisa dihubungkan langsung dengan custom domain tanpa tambahan biaya apa pun. Bagi yang berminat monetisasi, integrasi dengan google membuatnya mudah dipasangkan adsense maupun tracking untuk analytics dan google search console.

Tetapi, seiring waktu, konsep blogging tidak lagi populer. Bahkan saya rasa google tidak lagi menganggap Blogger sebagai sesuatu yang harus diurus. Sudah bertahun-tahun produk ini tidak diperbarui. Komunitas yang dulu terbangun tidak lagi ada. Belum lagi spam comment dan bug yang tidak pernah dibetulkan. Rasanya seperti menggunakan produk yang usang dan tidak terawat.

Pindah ke Konsep Digital Garden di Google Sites dan Notion

Tahun 2022, saya menemukan konsep yang menarik di internet, yaitu Digital Garden. Digital Garden mirip dengan blogging; hanya saja digital gardening berfokus pada membagikan pemikiran secara nonlinear alih-alih tulisan yang rapi a la blogging. Kalau penasaran tentang apa itu Digital Garden, bisa coba baca essay-nya Maggie Appleton dan Joel Hooks.

Digital Garden adalah website personal yang juga menjadi tempat berpikir, berkontemplasi, dan menyimpan pengetahuan yang diakumulasi. Tertarik dengan konsep ini, saya pun mencoba membuatnya, menggunakan platform gratis seperti google sites dan notion. Karena waktu itu lagi senang-senangnya sama konsep Second Brain dan Personal Knowledge Management (PKM), saya tentu saja langsung eksplor.

It was short-lived, but I had fun. Saya merasakan senangnya membuat halaman-halaman sendiri yang tidak terikat dengan arsip bulanan sebagaimana blog biasa. Berbagai halaman saya buat, mulai dari halaman rekomendasi barang sampai catatan review buku. Beberapa tampilan bisa dilihat di halaman changelog.

Sayangnya, saya tersandung lagi: rasanya Digital Garden justru menyulitkan saya untuk membuat entri yang seperti blog. Sulit dinavigasi dan jadi suka bingung sendiri sama tumpukan tulisan yang ada. Rasanya jadi malah menumpuk tulisan tanpa arti. Jadilah saya selalu bergonta-ganti tampilan serta bentuk, mencari yang pas, sambil terus menulis di Blogger.

Tergoda Membuat Newsletter Menggunakan Substack

Personal website is a lonely road. Nggak ada komentar, nggak ada feedback. Alih-alih kembali ke blogging, saya melihat orang-orang mulai merilis newsletter sebagai bentuk baru dari blogging.

Newsletter kesannya lebih personal: menerima email langsung dengan tulisan sepenuh hati nampak lebih ciamik daripada menyusuri arsip tulisan yang dikunjungi. Maka saya pun mencoba platform Substack setelah melihat orang-orang melakukan hal serupa.

Singkatnya: saya nggak betah di Substack ternyata. Menggunakannya terlalu merepotkan dan saya cenderung menghindari tempat menulis yang perlu punya app sendiri, tidak web-friendly. Backup tulisan sendiri dari sana sulit, dan saya juga tidak membaca sebagian besar tulisan yang sudah di-subscribe.

Maka, saya membungkus sedikit alamat email yang telah terdaftar (tentu saja, mayoritas adalah teman dan kenalan), dan menyimpannya, kalau-kalau saya memerlukannya lagi.

Short Stint: Ingin Membuat Static Websites

Tahun 2023, saya kenalan dengan Bearblog, namun baru mencoba membuat akun di awal tahun 2024. Bearblog adalah platform yang sangat sederhana—terlalu sederhana sampai saya nggak percaya. Karena itulah saya hanya sekadar coba-coba. Keinginan saya jauh lebih besar, yaitu ingin mengelola personal site sendiri menggunakan static site generator.

Mengapa static site generator? Karena “nampak” mudah. Teks dan gambar langsung di-upload dan tampil, maintenance-nya tidak se-merepotkan wordpress (katanya), dan bisa mengotak-atik website sesuka hati kita. Rencana awalnya saya akan ambil paket hosting kecil untuk mengelola website ini.

Nyatanya, tidak semudah itu. Hal yang tidak saya sadari adalah para pengguna yang berkata bahwa Static Site Generator itu mudah” kebanyakan adalah programmer, yang sudah biasa berhubungan langsung dengan back-end. 

Pengalaman ini sempat saya catatkan di Bearblog ini: 1, 2, 3, 4. Setelah itu, saya menjadikan bearblog sebagai “brain dump” saat merasa tulisan saya tidak cukup oke untuk di-post di blog utama saya. Setelah itu, blog ini relatif dormant dan saya jadikan link-in-bio.

Bearblog adalah Keterbatasan yang Membebaskan

Setelah berpikir matang-matang, saya memutuskan untuk memindahkan semua arsip blog—termasuk post substack, yang ampun susah banget dipindahkannya—ke bearblog. Ada banyak orang yang sudah menyampaikan mengapa mereka menyukai bearblog sebagai platform, but it won’t hurt kalau saya menambahkan satu apresiasi lagi. 

Bearblog sangat sederhana. Sedikit pengetahuan tentang markdown memang dibutuhkan, tapi itu nggak sulit, dan setelah itu kamu tinggal nulis, post, selesai. Nggak perlu mikirin plugin. Nggak perlu mikirin scheduling. Tidak perlu pusing mikirin tampilan dan berbagai add-on. (Bagian tampilan disputable, karena saya suka banget otak-atik tampilan blog di mana pun dia berada).

Tidak ada fitur komentar. Ini adalah hal utama yang sempat membuat saya ragu. Bagaimanapun saya punya teman-teman blogger yang sering bertukar pesan di komentar: seperti Lia, Jane, Zi, dan Kang Ady (cek bookmark for more!). Tapi saya nggak akan berhenti mengunjungi blog mereka, pun bisa terhubung lewat media lain seperti email atau threads, so I think I won’t lose any thing. Saya juga punya guestbook untuk dikunjungi hehehe.

Ringan dan bisa diakses di mana saja. Blogger dan Wordpress, sekali pun ada fasilitas mobile view, tetap saja harus diakses lewat desktop untuk fitur optimal. Bearblog, dengan kesederhanaannya, memungkinkan saya untuk membuat post langsung di ponsel tanpa takut tampilannya berbeda. Karena sehari-hari saya menggunakan Apple Notes, sudah terbentuk mobile-first mindset.

A more laidback way of writing. Dengan kemudahannya, jadinya saya juga merasa, membuat postingan blog tidaklah serepot itu. Tidak perlu memikirkan featured image kalau memang tidak ada, tidak perlu panjang-panjang kalau memang tidak mau.

Saya pikir tadinya tampilan blogspot nggak akan ngaruh dengan kondisi psikologis, tapi tampilan yang cantik ternyata memberikan saya beban tak terlihat untuk mengisinya “dengan benar”. Dengan bearblog, saya merasa bisa lebih menyederhanakan pikiran saya sendiri saat hendak menulis.

Downsides-nya emang banyak banget yang harus dibenahi. Mulai dari link image sampai broken link. Sampai pusing. Sekarang mah mikirnya yang penting pindah dulu.

Komitmen dari pemilik. Bearblog dimiliki oleh satu orang, Herman, yang berkomitmen untuk menjadikan Bearblog sebagai tempat dengan pengalaman menulis yang sederhana dan menyenangkan. Baca manifesto untuk memahami visinya dalam membuat platform ini.


Saya berharap ini adalah post terakhir saya yang sifatnya meta—alias ngeblog tentang blogging, hahaha. Next, kita kembali ke postingan tentang kehidupan sehari-hari dan apa yang saya suka, and hopefully, karena semua sudah terintegrasi, saya nggak perlu lagi waktu lama untuk mengisi blog ini.

Memang sekarang blog ini tidak bisa dikomentari, tapi kita tetap bisa ngobrol lewat email, guestbook, atau di medsos threads.

Sampai ketemu besok,

Mega


thanks for reading!

kirim komentar lewat email atau mention saya di threads.

Suka baca tulisan saya? langganan atau dukung saya lewat nihbuatjajan.

#2025 #blog #blogging