Gentle Sunday

Keuntungan Blog Tanpa Komentar

Platform yang saya pilih sekarang, Bearblog, membuat saya tidak memiliki kolom komentar di bawah post. Pemiliknya memang tidak menginginkan ada fasilitas kolom komentar. Bahkan hal itu menjadi salah satu keunggulan platform ini alih-alih kekurangan.

Kemarin Pak Anton bertanya, kok sekarang blognya tidak ada kolom komentar? Memang sih karena bawaan dari platform, namun sebenarnya saya bisa menambah fasilitas komentar dari pihak ketiga kalau saya mau. Saya-lah yang mantap memilih untuk tidak menambahkan fasilitas komentar.

Beberapa pertimbangannya adalah sebagai berikut:

Menghilangkan Spam dan Moderasi

Memiliki blog tidak hanya soal menulis, tapi juga maintenance. Salah satunya dari segi komentar. Banyak komentar baik yang masuk, tetapi banyak juga yang isinya hanya spam. Setiap komentar harus dicek dan dipilih; yang ada spam di hapus, yang "nyangkut" padahal bukan spam harus diproses.

Karena sekarang tidak ada kolom komentar, jadi pekerjaan itu otomatis menghilang. Ada notifikasi buku tamu tapi tidak akan sesering komentar. Pun moderasinya tidak tersebar di berbagai postingan, melainkan hanya di satu tempat, jadi tidak usah dicek satu per satu.

Lepas Dari Bayangan Performa

Adanya komentar juga kadang membuat adanya perbandingan. Postingan mana yang komentarnya lebih banyak? Mengapa postingan ini komentarnya lebih sedikit? Dan sebagainya. Sekali lagi, saya tahu bahwa itu cenderung karena mindset sendiri: karena itu juga saya membuat cara agar tidak perlu kepikiran.

Sejak pakai platform yang tidak ada komentarnya, saya jadi nggak usah mikirin itu, karena semua post sama saja. Tidak juga mengharap komentar datang, karena toh tidak akan ada. Saya jadi nggak usah kepikiran atau merasa insecure dengan performa tulisan. Asalkan bisa memenuhi keinginan diri sendiri untuk menulis, itu sudah cukup.

Fokus Pada Menulis

Terakhir, dengan tidak adanya komentar, saya tidak perlu “kepikiran” balasan komentar yang ada di postingan. Memang sih pikiran ini aneh. Nggak ada yang memarahi saya kalau komentar lama dibalas, atau bahkan kalau tidak dibalas sekali pun.

Namun, kadang, saya ingin membalas semua komentar sebelum saya bisa maju posting entri berikutnya. Nah, inilah yang suka membuat postingan suka tertunda terbit. Padahal nggak ada yang marah kalau saya balasnya lambat. Hehehehe.

Ini bukan berarti saya benci menerima komentar, lho! Justru karena saya ingin membalas dengan baik semua komentar yang saya terima. Dengan batasan yang saya terapkan, mungkin komentar yang saya terima akan jauh lebih sedikit, namun saya bisa membalasnya dengan lebih leluasa.

Yang menimbulkan pertanyaan berikutnya.

Lalu, Interaksinya Lewat Mana?

Email adalah pilihan pertama yang saya berikan di bagian bawah post apabila hendak mengirim komentar. Memang sih komentarnya tidak bisa dipublikasi, tapi percakapan akan tercatat di kotak surat, dan saya bisa mempublikasikannya menjadi entri baru bila percakapan kita menarik. 😃

Guestbook juga tersedia di web ini. Sebagai anak yang mengenal internet di era awal 2000-an, pada masa itu percakapan dilakukan melalui chatbox atau guestbook: di mana orang mengirimkan jejak di sebuah buku tamu virtual. Saya suka guestbook karena orang bisa mengirimkan pesan tanpa harus terikat pada entri tertentu. Jadi bebas-bebas saja.

Terakhir, saya aktif di media sosial Threads. Awalnya saya bermaksud menonaktifkan semua media sosial, tetapi ternyata saya masih perlu medsos, untuk berinteraksi, eksplorasi topik, dan tentunya mencari sesama blogger.

Threads saya pilih karena mediumnya berbasis teks, sama seperti blog. Banyak orang yang masih tertarik membaca teks ketimbang media lain yang fokus pada sharing video pendek. Jadi saya masih bisa bertukar pikiran via teks dan berbagi postingan blog saya dengan leluasa.

Oh, dan tentu saja saya juga masih akan blogwalking dan berkomentar di blog orang lain. Tidak menerima komentar bukan berarti saya berhenti memberikan komentar.

Demikianlah beberapa poin yang membuat saya mantap untuk tidak menggunakan kolom komentar. Tidak bisa dikomentari namun tetap bisa berinteraksi. Sejauh ini, efeknya baik: workflow lebih sederhana, dan yang paling penting, saya kembali ke kebutuhan paling dasar menulis, yaitu menulis untuk diri sendiri.

Sepanjang tahun 2024, saya menulis lebih banyak daripada tahun-tahun sebelumnya, yang hanya bisa dihitung jari. Tahun 2025 pun, saya ingin menulis lebih banyak. Semoga bisa selalu konsisten. Kalau mau ngobrol, jangan sungkan colek saya di media yang disebutkan di atas, ya. 🤠


thanks for reading!

kirim komentar lewat email atau mention saya di threads.

Suka baca tulisan saya? langganan atau dukung saya lewat nihbuatjajan.

#2025 #blog #blogging