Gentle Sunday

RIP Desainer Grafis? Nanti Dulu, dong!

Akhir-akhir ini, linimasa saya banyak dipenuhi oleh tulisan yang judulnya clickbait. Beberapa kali saya melihat topik dengan judul yang mirip seperti ini:

Karena AI, Desainer Grafis Nggak Dibutuhkan Lagi!

RIP Desainer Grafis, AI udah bisa bikin logo sebagus ini.. (proceed to memberikan contoh AI-generated logo)

Yup, bidang desain grafis adalah bidang yang belakangan ini sering dibilang akan segera punah.

AI Generative Image semakin ke sini semakin canggih; setahun lalu kita masih bisa ngetawain hasil AI suka ngasih jari atau tangan tambahan, sekarang kita bengong karena hasilnya begitu realistis.

Pasted image 20250423111809

Nggak heran sih kalau banyak yang bilang bidang kreatif akan "punah" karena "orang awam" juga sudah bisa buat sendiri. Tinggal ketik-ketik prompt, jadi deh!

Namun, apa benar begitu? 😌

Saya lumayan tergelitik dengan diskursus yang bergulir di linimasa, terlebih karena saya juga bekerja di bidang desain grafis dan desain publikasi. Meskipun saya tidak fokus di bagian mendesainnya, bahasa desain tetap menjadi kosakata keseharian.

Saya juga memulai karir sebagai desainer grafis (dan masih mendesain juga di beberapa kesempatan), jadi sedikit banyak jadi kepikiran.

Saya berani bilang bahwa karir Desain Grafis tidak akan mati begitu saja karena AI. Mengapa?

Ini karena Desain grafis bukan sekadar memilih huruf yang keren atau warna yang cocok.

Sebagai bentuk dari komunikasi visual, Desain Grafis memadukan strategi, empati, dan pengambilan keputusan.

Kalau hanya bermodal memilih warna dan menyusun tataletak, tentu saja kemampuan itu bisa dikalahkan oleh AI. Faktor-faktor tambahan lain-lah yang bisa membuat seorang desainer lebih unggul daripada sekadar AI.

Berikut adalah beberapa skill penting yang menurut saya membuat seorang desainer grafis tetap relevan, bahkan semakin dibutuhkan, di era teknologi seperti sekarang.

Komunikasi

Desain Grafis adalah bagian dari Komunikasi Visual. Maka Komunikasi tentu menjadi skill utama bagi seorang desainer: tidak hanya dalam bentuk gambar, tapi juga dalam bentuk diskusi dan negosiasi.

Sebuah proyek desain grafis seringkali melibatkan banyak orang.

Kemampuan mengobrol sangat dibutuhkan agar semua pihak saling memahami dan mengerti scope pengerjaan dan ekspektasi hasil.

Ingat: di dunia nyata ini, karya bagus saja nggak cukup—harus dibarengi dengan kemampuan kerjasama.

Mengobrol bukan cuma soal bicara, tapi juga mendokumentasikan hasil obrolan dan menyampaikan ide-ide untuk desain.

Kemampuan ini sangat penting agar tidak terjadi miskomunikasi dan komunikasi berulang, yang berisiko memberikan pengalaman tidak menyenangkan 😃

Pemecahan Masalah

Jangan lupakan kata dasar desain, yang pada dasarnya adalah "Memecahkan Masalah".

Sebelum membuat tataletak estetika paripurna, seorang Desainer harus mampu merumuskan masalah dan memberikan solusi.

Setiap desain yang dihasilkan adalah sebuah jawaban atas kebutuhan klien.

Tugas desainer, selain sebagai pemecah masalah, juga sebagai mitra. Sebuah produk desain grafis adalah kerjasama dari klien dan desainer sebagai konsultannya. Tidak hanya cantik dilihat, tapi juga fungsional.

Kadang seorang klien bisa datang dengan kebutuhan ingin membuat flyer. Seorang desainer grafis bisa saja langsung memenuhi kebutuhan tersebut, atau bertanya lebih lanjut dan memastikan kebutuhannya: apakah betul flyer akan menjadi media promosi yang fungsional, atau sebaiknya malah X-Banner saja?

Dan seterusnya, dan seterusnya.

Riset dan Analisis

Desain yang bagus tentu dimulai dengan fondasi riset yang kuat.

Sebagai desainer, riset dan analisis juga berarti kemampuan menerjemahkan. Pasti pernah kan dapat klien yang bilang "Terserah kamu aja, yang penting bagus"?

...lalu revisi berkali-kali. 😂

Nah, desainer yang keren adalah yang bisa "menerjemahkan" bagus versi klien ke dalam media grafis, dipadukan dengan solusi yang fungsional dan sesuai keperluan.

Kita tidak bisa sepenuhnya mengandalkan petunjuk dari klien, terlebih klien yang awam. Justru tugas Desainer adalah memberikan pertanyaan dan petunjuk yang bisa membantu klien untuk menjelaskan ekspektasinya.

Setelah sudah mendapatkan petunjuk, tentu nggak berhenti sampai situ.

Desainer harus memiliki kemampuan riset dan analisis yang baik:

Pernah terjadi: Desainnya keren di layar, tapi ketika di-translasikan untuk media lain, jadinya hancur lebur. Atau desainnya keren, tapi karena menggunakan software dan metode yang tidak tepat, jadinya sulit diturunkan ke media lain.

Dengan riset dan analisis kebutuhan yang tepat, hal ini bisa dihindari.

Project Management

Selain karya keren, desainer yang keren adalah yang memahami alur proyek atau manajemen proyek. Semakin besar sebuah proyek desain, selain orang yang lebih banyak, tahapan-tahapannya juga pasti bertambah.

Desain bukan hanya soal estetika, tapi juga tentang bagaimana hasil akhirnya bisa tepat waktu, sesuai kebutuhan, dan berjalan lancar bersama tim. Dengan pemahaman ini, maka seorang desainer bisa:

Bila ada dua desainer dengan level karya yang sama, faktor yang membuat terpilih tentu saja kemudahan dalam bekerja.

Implementasi Produksi

Pasted image 20250424080603

Gambar di atas adalah desain keren karya AI. Sekarang, bagaimana cara menerjemahkannya ke desain yang bisa dicetak dengan mesin?

Seorang desainer grafis seringkali tidak berhenti hanya sekadar di layar atau file jadi.

Meskipun produksinya dikerjakan orang lain, seorang desainer wajib memahami implementasi produksi, agar hasil karyanya dapat diproduksi dengan tepat.

Contoh paling mudah adalah warna. Salah memilih setting warna bisa membuat warna yang muncul di atas kertas jauh berbeda dengan di layar.

Hal lainnya bisa lebih kompleks: seperti proses finishing (foil, emboss, doff, glossy), pola potong dan lipat, 3D laser cutting, dan lain-lain.

Selain itu, pengetahuan tentang proses produksi dan finishing juga akan menambah khazanah dalam mendesain. Banyak kemungkinan yang bisa dihasilkan hanya dengan sekadar mengubah bahan finishing!

Empati dan Interpretasi

Sudah banyak yang memberikan contoh kemudahan mendesain dengan AI. Membuat mockup dalam hitungan detik, mereplikasi desain flyer, termasuk memberikan saran layouting.

Hasilnya tampak sempurna. Kadang terlalu sempurna sehingga tidak terlihat sebagai buatan manusia.

Pun, teknologi itu pun mudah diakses. Hasilnya, tren grafis dengan cepat bergulir dengan hasil yang sama atau mirip. Ke depannya, hasil rekonstruksi AI yang diolah oleh pemula/diolah begitu saja akan terasa seperti stock photos atau clip art.

Manusia itu punya sifat unik: tidak ingin sama dengan orang lain. Ketika yang luar biasa itu jadi biasa, maka manusia akan mencari hal lain untuk dijadikan luar biasa. Dan itu belum tentu hasil karya sempurna dari AI.

Yang bisa memberikan "rasa manusia" pada sebuah karya? Tentulah manusia itu sendiri, bukan AI. AI hanya bisa mereplikasi emosi dan rasa, namun tidak bisa muncul dengan sendirinya.

Hanya manusia yang bisa menerjemahkan kompleksitas visual seperti "Desain yang cerah, hangat, dan menenangkan" atau "Nostalgia futuristik dengan warna pastel".

Ketidaksempurnaan manusia adalah kesempurnaan itu sendiri, dan hal ini akan ter-refleksikan dalam karya.

AI adalah kesempatan untuk belajar beradaptasi

Saya bukanlah desainer paling jago sedunia. Bahkan se-Bandung Raya pun enggak. Jejak pengalaman saya tidak sebanyak teman-teman lainnya. Namun saya masih yakin pada intuisi dan sense saya sendiri.

Desain grafis bukan hanya soal teknik atau estetika, tapi soal memahami kebutuhan manusia, menghubungkan pesan dengan audiens, dan memberikan nilai lebih melalui kreativitas yang tidak dapat diprogram.

Di situlah letak kekuatan yang sulit digantikan oleh prompt teks AI.

Manusia mampu:

Manusia mampu merasa dengan hati dan jejak pengalamannya.

Pada akhirnya, manusia akan selalu merasakan koneksi emosional yang berbeda dengan hasil karya manusia. Koneksi emosional itulah yang membuat sebuah karya memiliki nilai lebih.

Sama seperti kehadiran tools atau software, adanya AI software yang canggih menjadi kesempatan untuk mengoptimalkan hasil kerja kita. Tidak menggantikan, namun menjadi alat yang mendampingi untuk mendapatkan hasil terbaik.

Kekuatan desainer grafis akan tetap relevan, asalkan kita terus berinovasi dan memanfaatkan teknologi AI untuk mendukung, bukan menggantikan kreativitas kita.

Stay alert, stay curious, stay human,

Mega


thanks for reading!

kirim komentar lewat email atau mention saya di threads.

Suka baca tulisan saya? langganan atau dukung saya lewat nihbuatjajan.

#2025 #Work #blog #opinion