Berdasarkan informasi-informasi yang saya baca, aroma parfum yang sama pada setiap orang hasilnya bisa benar-benar berbeda. Inilah sebabnya rekomendasi parfum tidak bisa hanya sekadar “parfum apa yang enak?” dan menuruti apa pun yang direkomendasikan dari si penjawab.
Sebelum memilih parfum yang disukai, kita juga harus tahu parfum apa yang cocok dengan kita. Dan hal itu tidak bisa diwakilkan; harus melewati trial and error tersendiri. Rekomendasi hanyalah referensi—tetapi kita tidak bisa datang dengan tangan kosong dan berharap langsung mendapatkan yang bagus.
Aroma tubuh alami manusia berbeda-beda, begitu juga dengan suhu, pH, dan jenis kulit. Hal ini dapat memengaruhi tingkat penyerapan wewangian dan menghasilkan aroma yang berbeda untuk setiap orang. Hal inilah yang terjadi saat saya mencoba HMNS Essence of The Sun.
HMNS Essence of The Sun, Parfum dengan Aroma Matahari
“Bau matahari” tuh seperti apa, sih? Bagi saya, matahari itu baunya tangy, bercampur dengan keringat; licin dan agak usang. Bukan aroma yang nampaknya saya sukai. Saat HMNS meluncurkan Essence of the Sun, atau EoS—tulisan “solar accord” di parfumnya membuat saya penasaran, tapi tidak cukup membuat saya tertarik untuk membeli atau bahkan mencoba decant-nya.
Lalu, datanglah sebuah kesempatan: Kalau nggak beliin buat saya, ya beliin buat orang lain, dong. Siapa lagi kalau bukan suami sendiri. (Ha ha!). Saya membelikan exploration set buat beliau, berisi tiga jenis wewangian unisex, termasuk HMNS EoS ini. Kalau ada yang dia suka, baru dibelikan full bottle-nya. Ternyata, pilihannya jatuh kepada Essence of the Sun!
Kesan dari HMNS Essence of The Sun
Untuk mencapai “aroma matahari”, HMNS menggunakan Bergamot, Coriander (ketumbar) dan Pink Pepper sebagai top notes-nya, menghasilkan aroma yang “pedas” alias spicy tapi juga segar. Bergamot memang lazim digunakan di parfum bertema musim panas, tetapi spicy note ini hal yang jarang saya temukan.
Fyi, saya jarang suka atau mencoba parfum dengan spicy notes. Jadi memang pengetahuan saya tentang ini sedikit. Biasanya saya menemukan spicy notes di parfum aroma rempah-rempah yang cocok dengan cuaca dingin.
Menurut saya ini cerdas: untuk menciptakan kesan hangat, spicy notes dicampurkan pada parfum yang dimaksudkan memberi aroma matahari.
Tetapi, sepertinya saya memang bukan yang berjodoh dengan aroma Essence of the Sun ini, sadly. 🥲 Alih-alih matahari yang menyegarkan, aroma bunganya di saya sama sekali nggak muncul. Jatuhnya jadi tangy, tidak terasa nyaman di kulit.
Di kulit saya, solar accord dan spicy notes bergabung menjadi aroma smoky yang kurang nyaman di hidung saya. Ada aroma vanila, tapi musk-nya tidak tercium. Jadi terasa “kaku”, nggak nyambung aja dengan body chemistry.
Sebaliknya, di suami saya kok jadinya enak. Ada subjektivitas tentu, karena dasarnya saya ‘kan suka aroma alami tubuh suami (hahaha) tapi beneran enak karena terasa lebih “mulus”. Ada aroma segar dari citrus dan sedikit floral-spicy, lalu berlanjut pada vanila yang lembut. Di badan dia jadinya enak banget, sedangkan di saya jatuhnya gak jelas ðŸ˜
Parfum ini saya kira cocok dipakai untuk sehari-hari, di udara yang nggak terlalu panas. Dingin sepertinya lebih baik, mengingat tipe aromanya spicy. Tetapi saat drydown aromanya cukup lembut sih. Yah, ini karena saya nggak cocok sama aromanya, jadi bingung juga memutuskan 🥲
A Good Blend, yet not for me
Then again, sekali lagi: Parfum memang soal cocok-cocokan.
Aroma yang enak di satu orang bisa menjadi tidak memuaskan ketika kita coba sendiri. Karena itu, sebelum mencari rekomendasi parfum, sebaiknya kita juga sudah tahu tipe aroma yang kita suka. Jangan sekadar merasa “kata orang bagus”, tapi sebenarnya preferensi orang itu tidak cocok dengan kita.
All in all, HMNS Essence of The Sun adalah wewangian dengan blend yang unik, ide yang menarik, dan blend yang baik pula. Sayangnya, saya belum cocok berjodoh dengan dia. Untungnya, dia berjodoh dengan suami saya, yang juga jodohnya saya 🤪 (sorry)
HMNS Essence of The Sun
Top notes: Bergamot, Coriander Seeds, Pink Pepper
Heart notes: Indian Jasmine Sambac, Turkish Rose, Tiare Flower, Solar Accord
Base notes: Vanilla, Absolute Tonka Bean, Ambrette, Cedarwood
Suitable for: Daily, unisex
Longevity: Medium
kalo aku disuruh bikin tulisan ngereview aroma parfum.. pasti cuma "baunya harum deh, kayak bau jeruk purut dicampur es lilin" hahaha
BalasHapusga kebayang soal notes, bau yang 'kaku' dan lain-lain.
Jadi, baca tulisan ini bikin aku amaze sama Mega, wow.. paham banget juga nih soal wewangian.
why you know so much??
Es lilin sama jeruk purut kayaknya unik loh kang. Aroma kelapa-santan-susu-jeruk ngga tuh? 😆
HapusSebenernya kalo ditanya gituu… alasannya sama kayak kalo aku bertanya2 kenapa Kang Ady tahu banyak teknis kamera. Yup, karena suka!
Kalau yang lebih pinter ttg fragrance jujur banyak. Pengetahuanku nggak nyampe seujung kuku reviewer di youtube atau influencer di X. But I can proudly say I love fragrances enough to have a constant interest since I was ten. 😄
Terima kasih sudah mampir!
Mbaa kadang aku suka heran sama trend blind buy parfum yg marak belakangan ini, kan parfum lokal lagi happening banget yah sekarang. Ato mungkin akunya aja yg terlalu awam, yg baca notes2nya tetep g kebayang bakal kayak gimana wanginya 😆. Terkait HMNS, aku pernah sniff smua wanginya di booth dan sejauh ini belum ada yg klik juga hehe (seleranya beda kata orang mah)
BalasHapuskayaknya sih ini semacam memenuhi nafsu konsumtif juga yakk. aku termasuk suka beli blind buy, tapi dengan batasan harga tertentu 😆 memang sih tebak2 buah manggis tapi biasanya aku take notice parfum yang aku suka, ingat-ingat notesnya, dan jadi referensi untuk cari parfum baru berikutnya.
Hapusplus, biasanya parfum lokal ini masih mencari inspirasi ke parfum luar yang populer atau pakai formula yang public-friendly, jadi cenderung aman. hmns ini termasuk yang berusaha bikin formulasi orisinal. ku menghargai usaha mereka, tapi sama nih, belum ada yang cocok dari HMNS untuk aku pakai sendiri 🤣
Oooh jadi masi pada play safe yaa. anw mbaa aku baru aja sniff EOS ini, dan wanginya luv bangeettt 🤣 kebetulan ada boothnya di Paskal. sejujurnya aku terakhir sniff2 tuh di booth HMNS pas jaman sblm pandemi #eaaa sptinya saat itu EOS, Addict, sama Darker shade belum launching.
BalasHapusoh iyaa mba mega g ada rencana bahas parfum yg cocok buat keringet2an/panas2an tuh yg kaya gimanaa? karena sempet rame di sosmed ada yg pake SPL nuklir (?) atau wangi baccarat rouge di KRL bikin penumpang lain mabok. aku jadi khawatir mengganggu orang lain karena selama ini cenderung pakai wewangian yg gourmand 🥲
Glad that you like it!! Suamiku juga suka banget, sedangkan aku sama sekali gak cocok. Bisa gitu ya parfum tuh, makanya aku bener-bener gak bisa jawab pertanyaan "parfum apa yang enak?" karena tiap orang kan seleranya spesifik banget.
HapusHmmm aku sempet lihat juga tuh keramaian itu. Menarik karena pas awal-awal parfum indo booming, semua orang nyari notes vanilla, "aroma cewek mahal" (alias Dior Poison or Opium wkwkwk). Kayaknya udah lewat fase itu, jadi rame deh parfum yang bisa dibawa matahari, karena emang iya.
Lha, Indonesia yang gak panas itu cuma Bandung. (dan Dieng, Garut, Kerinci, serta beberapa tempat lainnya, tapi saya taunya Bandung jadi yaudah). Mau sampai kapan pake parfum vanila siang-siang ya kan.
But truthfully, aku tuh nggak terlalu banyak khazanah parfum lokalnya sehingga nggak bisa ngomong kalau dari sisi merek--tapi aku sptnya bisa menuliskan deh notes apa yang termasuk aman dan bisa dijadikan patokan saat membeli parfum. Thank you for the idea mbak Zi!