Mengapa Masih Menulis Blog?

91 Magazine @Unsplash

Saat membayar domain tahun ini, ternyata sudah lima tahun saya menggunakan top level domain (TLD).


Cerita cinta si aku dan blog sudah berlangsung lama. On-off, kayak hubungan tanpa status. Sekali hiatus bisa 3-6 bulan, namun sejak tahun 2008, saya nggak pernah benar-benar pergi dari blog. Blog ini sendiri, saya kelola sejak 2014.


Blog adalah salah satu bentuk paling awal dari content creator. Pada masanya, semua orang pasti punya blog; either as a diary, atau untuk mengekspresikan hobi. Sebelum ada friendster, twitter, dan teman-temannya, remaja-remaja pasti mainannya blog. (Sayaaa, misalnya).


Bagi saya, blog ini adalah keduanya: tempat curhat sekaligus mewujudkan hobi dan keinginan alias majalah-majalahan hahaha.


Sebagai orang yang dabbles around with content in a regular, tentu saya juga mengalami kegalauan mau buat konten tipe apa (kegalauan ini muncul in a regular juga). Temen-temen yang juga menulis blog mungkin pernah mengalami hal serupa.


Sekarang kayaknya aktivis blog sudah nggak banyak. Para blogger yang dulu membentuk jagat blogosphere Indonesia sudah pindah media: entah jadi YouTuber, pembicara, atau lebih suka menggunakan sosial media yang lebih instan.


Saya sendiri, sempat ingin mengoptimalkan sosial media atau bahkan membuat video youtube secara rutin. Sempat coba-coba juga, tapi lalu bingung sendiri karena waktu yang dibutuhkan ternyata lebih banyak, ya. 😅


Dalam hal ini, saya selalu jadi orang yang ketinggalan langkah, sih: ketika orang pindah ke youtube dan podcast, saya cenderung nggak tertarik.


Ketika sekarang orang sudah berpindah lagi ke media baru seperti Tiktok, (YouTube) shorts, dan (Instagram) reels, baru sekarang saya mulai punya minat pada konten video dan podcast.


I guess I will always be that late-joiner person. Kadang suka sebel sih kenapa saya tuh nggak bisa lebih cepat beradaptasi dan mengikuti tren yang ada. Kayaknya orang-orang yang ngeblog dari dulu tuh udah banyak yang membuahkan karya dan berbagai macam hal dari bentuk awal blognya.


So, dari perenungan di atas, I found myself asking….


Untuk apa saya menulis blog?


Saya menulis untuk diri sendiri, tapi jelas, saya juga menulis untuk berbagi dengan orang lain. Saya senang kalau ada yang membaca tulisan saya. Dengan blogging landscape yang seperti sekarang, apa masih ada yang ingin membaca blog? Apakah masih ada pembaca di luar lingkaran teman-teman yang saya punya sekarang?


Apa saya seharusnya pindah saja mengolah konten yang lebih banyak memiliki audiens, seperti instagram, tiktok video--atau paling tidak twitter, membuat thread rekomendasi berpuluh-puluh dan jadi viral? Kayaknya itu lebih menghasilkan deh.


Apakah tujuan saya menulis blog adalah untuk menghasilkan uang?


Dari poin “menghasilkan” ini, saya jadi merenung. Apa saya benar-benar ingin “menghasilkan” sesuatu dari blog? Dalam hal ini material, alias uang.


Karena kalau saya memang mau “menghasilkan”, maka tentu ada pengorbanan. Saya harus menyesuaikan isi blog dengan apa yang dicari pembaca, meningkatkan rutinitas posting, dan menggunakan segala jurus agar blog saya bisa di-notis mesin pencari, seperti Mas Anton yang jelas memisahkan blog untuk menghasilkan dan blog personal.


Which brings me to one exact fact….

Anate Lusina @Unsplash

Menulis masih jadi hobi utama saya.


….terlepas dari itu menghasilkan atau tidak. Saya nggak pernah lepas dari menulis sejak kecil. Dua hobi saya adalah menulis dan menggambar, dan sudah coba-coba membuat majalah sendiri sejak SD.


Saat kuliah, perlahan menggambar beralih rupa: dari hobi menjadi pekerjaan. Saya jadi nggak suka menggambar di waktu luang, dan sebenarnya sedih kalau ingat sudah beberapa tahun berhenti menggambar karena merasa itu adalah sebuah tugas, dan akan ada yang menilainya.


Menggambar jadi hal yang tidak menyenangkan dan saya hindari.


Berbeda dengan menulis. Saya masih bisa merasakan kesenangan menulis: hanya untuk mengekspresikan diri tanpa ada yang menilai. Saat menyadari itu, saya memutuskan untuk tidak akan mencari penghasilan utama dari menulis.


Kalau dapat penghasilan dan uang jajan dari menulis, tentu saya senang. Tapi saya tidak akan memaksakan diri untuk menyesuaikan agar tulisan saya bisa lebih mudah mencari uang. Biar nggak stres dan malah menghindari blogging karena sudah jadi “pekerjaan kedua”...


Biarlah menggambar saja yang terasa jadi pekerjaan, menulis jangan sampai.


Slow-paced content.


Meskipun saya mencoba konten video, foto, dan sebagainya, pada akhirnya saya selalu kembali ke blog. Blog menawarkan tempat bebas untuk menulis, dalam bentuk apa saja. 

Mau menambahkan video? Bisa. Mau menulis panjang? Bisa. Mau menambahkan foto-foto saja? Bisa juga.


Postingan di sosial media cenderung lebih cepat hilang, digantikan oleh postingan lain yang saling berebut menarik perhatian. In a way, postingan blog terasa lebih long-lasting, evergreen; dan mesin pencari akan terus memperlihatkan hasil pencarian teks. Karena itu juga saya cenderung menghabiskan waktu lebih lama untuk konten blog dibandingkan sosial media lainnya.

Berbeda dengan konten twitter yang bisa ditulis secara cepat begitu terpikir, konten blog membutuhkan lebih banyak riset dan niat untuk menulisnya. Tapi melihat hasil akhirnya juga rasanya lebih puas daripada sekadar cuitan twitter.


Mungkin saat ini orang memang lebih suka konten yang pendek dan cepat berganti, seperti home aplikasi tiktok yang selalu memberikan hal baru setiap kali kita menggerakkan jari ke bawah. Tetapi saya yakin masih banyak juga penikmat konten panjang dan lebih banyak berisi teks.


Yang membawa saya untuk menegaskan lagi tujuan saya, yaitu….


Pengembangan diri untuk “menghasilkan”.


Menulis di blog bagi saya seperti menulis di playground, tempat saya bisa mengotak-atik konten seenaknya. Mau kreatif dan menghabiskan waktu nggak ada orang yang protes. Mau dibikin sependek mungkin nggak ada yang minta revisi juga.


Berada di lingkungan kerja yang konservatif dan kecil, membuat saya merasa sulit mengembangkan kreativitas. Namanya juga bekerja kan ya, jadi pasti ada batasan-batasan yang harus dijaga, karena kita tidak bekerja dengan diri sendiri saja.


Karena itu, blog adalah tempat saya untuk belajar dan mengekspresikan diri di luar kotak bernama tempat kerja sehari-hari. Nah, soal menghasilkan atau tidak, untuk saat ini mungkin tidak dalam bentuk material, tapi kepuasan diri.


Hasil dalam bentuk material, bukannya nggak pengen sih. Tapi ya, kembali ke poin sebelumnya: jangan sampai blog ini terasa jadi seperti pekerjaan yang tidak menyenangkan.


Blog adalah rumah....


Saat ini, saya menggunakan dua sosial media: instagram dan twitter.


Di instagram hanya sebagai penikmat konten--cenderung jarang dibuka--, sedangkan twitter menjadi sumber informasi saya dari berbagai hal. Berita seringkali bisa didapatkan lebih cepat dari twitter.


Selain itu, karena teman-teman saya (IRL) ada di twitter, jadi itu tempat saya mengobrol juga. Masalah yang muncul sih klasik, keasyikan dengan endless scrolling.


Hidup tanpa sosial media? Hmm, twitter sendiri adalah sumber ide bagi saya untuk menulis blog, jadi saya memutuskan untuk tidak menonaktifkannya. Cuma, saya memang harus lebih disiplin lagi dalam memberikan waktu untuk bersosial media.


(Atau mungkin saya coba detox, kayak Lia? He he he, itu kita coba nanti aja ya).


Aktif di mana pun, blog masih akan menjadi rumah saya, tempat saya bisa berbagi ide dengan bebas, bereksplorasi dalam berbagai bentuk konten dan topik. This is my fun little project yang sebisa mungkin ingin saya pertahankan terus.


Saya mungkin akan mencoba berbagai konten, entah podcast atau video. Tapi semua tentu akan kembali ke blog ini. Saya akan tetap sharing hal yang saya suka, dicampur curhat dan berbagi dengan teman-teman. Semoga membantu teman-teman mendapatkan “sesuatu” dari sini, apa pun itu.


Blog mungkin tidak lagi jadi pemain utama dalam landscape konten yang perputarannya cepat, tapi saya yakin blog belum dan tidak akan menghilang. Selama penikmat konten teks masih ada, blog masih akan tetap eksis, dengan tambahan-tambahan media lainnya.

Sixteen Miles Out @Unsplash

Newsletter adalah kartu pos-nya


Anyway, karena ini juga saya akhirnya berpikir untuk membuat newsletter. Saya senantiasa jadi si overthinking yang lebih sering mikir daripada nulis; dan biasanya, kalau lagi nggak nulis di blog, saya menuangkan pikiran di jurnal pribadi dan/atau twitter.


Makanya, ada pikiran, bagaimana kalau saya coba menuliskannya di dalam newsletter saja supaya lebih concise?


Tentu saja nggak akan sering-sering. Sebulan sekali udah paling cepat haha. Karena pembaca blog saya sedikit, saya juga ngga yakin ada yang subscribe sih, tapi tetap penasaran mau nyoba, karena ini adalah bagian dari tinkering dan exploring.


Barangkali email ini juga akan bermanfaat untuk orang yang malas berkunjung ke blog untuk mencari update, karena updatenya akan langsung masuk ke email. Semacam kartu pos berisi berita singkat yang mengajak kamu berkunjung ke rumah.


(Hihi pede dong)

What's gonna be in the newsletter? Selain rekapan dari postingan blog dalam satu bulan, saya juga berencana memasukkan seleksi artikel-artikel yang saya baca, serta rekomendasi random dan curhat kecil yang nggak bisa masuk ke blog ini. 😜
















Kalau kamu, gimana?


Jadi, ya begitulah. Tulisan ini cuma kontemplasi pribadi yang mungkin bisa jadi bahan obrolan kita hari ini.


Kalau cara memonetisasi blog, mencari uang lewat blog, banyak tulisan yang lebih lengkap dan orang-orang yang lebih jago.

Kalau sebagai personal diary, masih banyak blogger yang cerita lebih banyak dan sering dibanding saya yang cuma apdet seminggu-dua minggu sekali.


Cerita-cerita yuk. Terutama buat sesama blogger.


Apa yang membuat teman-teman masih menulis blog sampai sekarang? Pernahkah ingin mencoba media lain, seperti video atau podcast? Kalau sudah mencoba, apakah tetap lebih suka ngeblog, atau malah jadi betah di media lain?


Share on!

Komentar

  1. Apa? Kakak Jin Botol buka newsletter?!!! Aku pasti langganan!! 😆😆 Aku kan selalu menanti tulisan Kakak di blog, jadi kalau disupply dengan dosis lebih banyak, why not?! 😝😝. Selamat atas pembukaan newsletternya ya, Kak! Semoga banyak yang ikut langganan. Yok ayok gaes mumpung gratis, yok langganan 🔊🔊

    Pernah coba media lain? Pernah. Aku sempat terinspirasi (ceileh bahasanya) bikin video-video di Youtube. Nggak berniat jadi Youtuber tapi aku suka bikin vlog ala-ala gitu 🤣 ini masih suka sampai sekarang cuma lagi nggak ada inspirasi konten (karena biasanya ngevlog kalau lagi jalan-jalan aja), ngevlognya juga buat kenang-kenangan niatnya. Kayaknya jumlah view videoku tuh hasil view aku sendiri deh 🤣
    Selain di YT, aku nggak pernah kepikiran media lain. Tiktok nomor 1 yang nggak ada di daftar karena aku sampai sekarang belum berminat bikin akun di tiktok 😂. Tapi kadang suka dapat supply video tiktok yang koplak-koplak dari temen-temenku 😂

    Kenapa masih betah di blog? Udah berapa kali hapus blog dan lari ke dunia lain, masih aja baliknya ke sini~ kayaknya memang "rumah"ku di sini 🥰. Mungkin aku lebih cocok dengan slow living paced di blog, ditambah lagi sekarang punya temen blogger yang seru-seru jadi semakin betah 😍

    Karena sempet sosmed detox, sekalinya balik ke media yang menyuguhkan endless scrolling atau yang pergerakannya cepat, aku kewalahan lho, Kak 😂

    Hiyaaa jadi panjang ceritanya 😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. IH KAMU KOK GEMES AMAT YAAA HUHU JADI MALU.... (tapi kepslok) Jin botol akan berjuang supaya bisa menulis lebih rajin. Ini edisi eksplor-eksplor konten aja, ada yang baca atau engga yang penting jalan terus, iya gak? 😂😂

      Kayaknya aku baru pernah lihat video Lia sekali deh, waktu jalan-jalan di HK gitu yaa kalo gak salah. Apa guangzhou? Sama pas jalan-jalan di Bandung, bener kan bener kan. Eh iya Lii, kalau memang expand konten, sekarang aku mulai tertarik bikin video youtube sih, tentu saja sesama vlog ala-ala. (lol)

      Sekarang masih tetap nggak pakai sosmed atau pakai tapi dimoderasi gitu nggak, Li? Aku masih maju mundur nih mau detox. Sebenernya karena akun itu juga kupakai untuk ngobrol sama teman-teman (Jadi fungsinya mirip grup chat). Mau ninggalin akun masih setengah-setengah karena masih kupakai untuk bergaul. Mungkin buatku, memoderasi waktu seperlunya akan lebih baik. 🤣

      Hapus
    2. Harus jalan terus dong!! Hari ini aku baca newsletter dari Kakak, isinya insightful banget 😍 tak lupa ku nonton si kelinci dan duckling yang bentuknya kayak cotton candy itu 😝. Gemesin! Aku sepanjang nonton jadi kepikiran cotton candy terus tau Kak!! Wkwk

      Betulll! 1 di Bandung, 1 di Hainan, Kak, tempat asal nasi Hainam itu lho(?) *Nggak tahu bener atau nggak sih wkwk*.
      Kak Mega juga suka bikin vlog sejenis? Ada channel YT-nya? Bisikin donggg namanya kalau boleh 🙈

      Sekarang ada akun Twitter, Kak, tapi aku batasin pemakaiannya cuma masih semena-mena 😂 kayak minggu ini online, minggu depannya bisa offline 1 minggu, atau kadang per 3 hari off-nya. Kalau udah ngerasa penat, aku off 😂. Akun Twitternya buat memantau updatean buku-buku aja, booktweet gitu fokus akunku wkwk. Psst, ini rahasia ya Kak (rahasia tapi nulisnya di kolom komentar coba) 🤣.
      Kalau Kak Mega, aku rasa cukup dimoderasi waktu aja, kan Kakak masih merasa banyak manfaat yang didapat dari akun-akun Kakak. Selama Kakak juga merasa fine-fine aja, nggak perlu sampai tutup akun wkwk paling separah-parahnya, detox beberapa hari aja Kak 🤣

      Hapus
    3. OOHHH HAINAN! Ya ya, pokoknya aku cuma inget itu video pas jalan-jalan di Cina tapi lupa cina bagian mana 🤣🤣

      Aku gak pernah bikin vlog ala-ala meskipun kepingin Li. Channel youtube personal sih ada (channel tempat aku host video lomba karaoke itu channel personal), tapi ya nggak pernah aku apa-apakan, cuma buat naruh video aja kalo inget. Isinya random dan gak diurus. Malah lebih banyak kontenmu li 🙈

      Nanti sih pengennn ya, ada video dokumentasi lain, pengen lebih rajin bikin konten. Tapi sekarang satu-satu dulu, ngurusin nulisnya dulu, belajar nulis newsletter juga hihi. Yang pasti hobi ini harus tetep fun, ya nggak? Kalo mikirnya kayak kerjaan ya mending kerja aja sekalian HAHAHAHA.

      Makanya, pikirku, untuk menambah waktu membuat konten, harus lebih sedikit main sosial medianya. Sekarang aku udah cut lumayan banyak sih, tapi karena masih ada perlu ya masih on. Cuma karena udah begitu kebiasaan buka, pas ga sadar ya udah otomatis buka tab sosmed aja. masih berjuang nih nanti pasti dicurcolin di blog lagi.

      Thank you for your insight about my e-mail! sampai jumpa di email bulan depan :*

      Hapus
    4. Maaf aku mau permisi tanya, kenapa Jin Botol sih?? 🤣

      Hapus
    5. @Ci Jane: Ini harus tanya sama Kak Mega langsung kenapa mengklaim dirinya jin botol 🤣 padahal bisa aja memilih Jin dalam kerang seperti Jihny oh Jihny 🤪

      @Kak Mega: Wkwk Kakak udah inget aja udah bikin aku terharu 🥺 terima kasih udah nonton video nggak jelasku! 🤣

      Betul! Hobi sebisa mungkin yang fun, jangan sampai jadi beban. Mana enak kalau jadi beban, mending tidur aja kalau gitu, nggak usah punya hobi #lho 🤣
      Semangat belajar Kak Megaa! Kak Mega keren banget karena selalu punya keinginan untuk belajar hal baru 😍

      Wkwk memang jadi autopilot kalau keseringan buka sosmed, nggak cuma sosmed sih, Kak. Hal-hal lain yang sering kita lakukan juga lama-lama jadi autopilot dan di awal pasti susah buat men-nonaktifkannya. Tapi percayalah dimana ada keinginan, disitu ada jalan eaaaaaqqqqqhhhh~~~~ kikikiw~~~ *heboh sendiri*

      Sampai jumpa di post-post dan newsletter lainnya, Kakak Jihny 😘

      Hapus
    6. @Jane HAHAHAHAHAH 🤣🤣 itu karena pas ngirim kartu pos ke Lia eh ga nyampe2, yaudah kirim digital dan berasa ngirimin pesan dalam botol. Makanya gak jadi jinny kerang, soalnya kerang gak dipake kirim surat 🙈

      @Lia: Aku ni suka belajar tapi gak pinter di sekolah 🤦🏻‍♀️. Kerasa banget loh tangan udah autopilot nyari twitter kalau ga ada gawe, makanya sekarang bener-bener lagi berusaha mengenali cue dan trigger ketika aku tergoda banget buka sosmed. Jadi bisa dialihkan ke hal yang lain :')

      Hapus
  2. Wah sudah lima tahun domain ini ya mbak, berarti tiap tahun harus bayar.

    Saya juga ngeblog untuk menulis saja, soalnya kalo untuk penghasilan susah, setahun sekali baru dapat bayaran adsense, padahal maunya gajian tiap bulan.

    Memang menulis di blog lebih bebas, mau ditambahin video juga bisa, mau menulis panjang juga bisa.

    Untuk YouTube ada sih tapi cuma sedikit isinya, lebih suka ngeblog saja.😃

    BalasHapus
    Balasan
    1. hhahaha betul mas, tiap tahun harus bayar, dan karena nggak menghasilkan uang, jadinya lebih ke hobi aja. Sejauh ini masih cukup murah lah ya, daripada hobi belanja baju misalnya, ha ha ha.

      Makanya, mending banget mas Agus masih ada gajian adsense setahun sekali, dibanding saya yang nggak ada adsense-adsense-nya. 😅😅

      Hapus
    2. Daftar adsense saja, biar dapat bayaran, kan lumayan buat perpanjang domainnya, lumayan sekali bayaran bisa buat perpanjang domain 5 tahun.😃

      Hapus
    3. weh, beneraaan? 😱 soalnya aku gak pinter nulis topik hip, mas agus. kalo blog mas agus kan ada topik tech-nya, itu adsense friendly. masih mau belajar nih, siapa tau bisa buat bayar domain 😂

      Hapus
    4. Iya, sekali bayaran adsense kan minimal 1,3 juta, kalo misalnya domain dot com harganya 200k maka malah bisa 6 tahun. Sisanya 100k bisa buat makan bakso.😆

      Cuma bayaran adsense agak lama, aku setahun lebih baru dapat bayaran, tapi kalo yang pengunjung nya banyak bisa tiap bulan bayaran. Jadi tergantung pengunjung dan yang klik iklan.😄

      Hapus
  3. Waooo udah 5 tahun.
    Saya baru 3 tahunan deh, eh jalan 4 tahun sih :D

    Ngeblog masih jadi favorit saya, meski banyak godaan dari medsos.
    Biarpun jujur, sekarang blog udah nyaris sulit dapetin penghasilan yang pas, tapi saya gunakan medsos buat dongkrak.

    Banyak blogger yang akhirnya pindah atau lebih serius ke dunia video, entah itu TikTok, atau Youtube.
    Kalau Youtube memang adsensenya lebih kencang ketimbang blog yang sekarang udah berjubel saingan.

    Tapi saya masih setia menulis sih, bagi saya menulis itu paling mudah dan yang paling penting, saya suka :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwkw, udah lama juga, tapi kalo dibandingin jumlah postingannya sama mbak rey... jauhhh banget! 😂😂

      Nah betul mbak, sebenernya saya pun berpikir ulang karena saya suka nulis blog, tapi untuk cuap-cuap di sosial media sebenernya nggak begitu suka. Entah karena ruang sosmed yang terasa "lebih pendek" (mending di blog aja, bisa lebih detil), atau karena sayanya belum pede.

      Kalau memang mau melebar, mungkin saya akan memilih konten yang juga mengizinkan durasi panjang, seperti youtube atau podcast.

      Saya sendiri baru tau kalau Youtube adsensenya lebih kencang dari blog. Mungkin karena penonton youtube sendiri jauh lebih banyak dibanding pembaca blog (kalau di Indonesia), ya....

      Hapus
  4. Thank you for sharing, aku baru aja mulai ngeblog, kayak ngerasa agak telat sih, but finally aku memberanikan diri dan membagikan apa yang suka aku tulis, such a dream still. Well thank you so much ya kak for sharing your thoughts, artikel mu jadi penyemangat kak :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal kak Naomi! Wah aku bakal berkunjung ke blognya mbak ya. Nggak ada kata terlambat, soalnya saya juga on off terus karena ngeblognya ngga konsisten. Tapi karena setiap kali ngeblog rasanya puas, mungkin memang ngebloglah ultimate hobby saya.

      Ditunggu sharing-sharingnya lagi ya, kak Naomi!

      Hapus
  5. Kayaknya aku pernah denger ada yang bilang kalau sebaiknya kita punya dua hobi, yang satu buat nyari duit, satunya lagi buat 'kabur' kalau lagi pusing nyari duit. XD

    Beruntung banget mba Mega bener-bener menjadikan satu hobi buat pekerjaan dan masih ada satu hobi lagi, buat 'melepas penat'. ^^

    Aku sendiri juga memutuskan buat ngeblog dengan pace-ku tanpa keukeuh ngebesarinnya, salah satu alasannya karena takut jadi ga enjoy lagi ngelakuinnya, terus aku jadi ga punya tempat kabur melepas lelah lagi, dong... hahaha.

    Sudah subscribed, ditunggu newsletter-nya :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. wahahaha... bener sih mbak Hicha. Dipikir2, aku bisa bekerja di bidang yang memang aku sukai, meskipun ujungnya jadi chore juga. 😂

      Makanya, nulis ini jangan sampe jadi kerjaan banget deh. Tapi kalau dapet duit gak nolak dong (teteeep ye si Mega)

      Makasih udah subscribe ya mbak, hihi semoga tidak lelah menerima email dariku :*

      Hapus
  6. saya sepakat sekali mbak
    meski kini banyak blogger yang mulai beralih ke media lain, bagi saya blog tetaplah rumah yang paling hangat. paling nyaman dan paling bisa diandalkan untuk menuangkan berbagai pemikiran terutama mengenai lingkungan sekitar
    ada rasa puas dan kebahagiaan yang tak bisa digambarkan setelah menulis blog

    saya juga engga bisa nggambar lebih baik menulis berjam jam

    BalasHapus
    Balasan
    1. beneeer mas, ternyata setelah tahunan ngeblog masih betah juga. apalagi setelah ketemu teman-teman baik, makin betahlah saya. expect masih berkeliaran di sini selama umur mengizinkan, semoga 😃

      Hapus
  7. Baru inget kalau september tahun ini mesti bayar TLD juga. Wkwk 😅
    Aku ngeblog udah jalan berapa lama ya..? Kayanya dari tahun 2015an.

    Aku setuju sama yang semua Mba Mega jabarkan. Setuju juga sama yg mba Hicha bilang 😁.

    Buat aku sendiri Blog itu semacam refleksi sekaligus silaturahmi. Jujur, sering banget sbnernya nulis hal2 kaya masalah2 yg terjadi di kehidupan 😅 di blog meskipun nggk pernah aku publish. Soalnya dari situ terkadang bisa melihat atau mereview ulang salahnya ada dimana dan harus bagaimana.

    Skrang sih paling aktif ya cuma di Blog aja. Ig sama tiktok hanya sebagai penikmat. Itupun penggunaan mereka aku batasin. Sehari maksimal 15 menit. Wkwk 🤣 kalau Youtube.. haha. Cuma buat hiburan aja. Nonton channelnya LiziQi, channelnya Tasty, Epicurious, sama mukbang.. 😅😅🤣🤣🤣 kbanyakan channel makanan sih..

    Btw, aku udah subscribe juga..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayo, bayar TLD dulu mending buat lima tahun ke depan, biar ga usah mikir lagi 🤣🤣

      wah, menarik. berarti mas bayu bener-bener menggunakan blog sebagai sarana catatan harian dan merenung ya. Soalnya kalau buat saya, blog cenderung jadi tempat "polished curhat" alias curhat yang sudah dipoles dan diatur. Ceritaan yang ngalir saya simpan di jurnal tersendiri. Makanya, dari baca jurnal itulah saya mikir, sepertinya ada konten yang nggak cocok tampil di blog tapi bisa tampil di newsletter, dan sebaliknya. makasih udah subscribe ya mas bayu!

      Liziqi tuh favorit suami saya banget, bisa nobar lah 🤣

      Hapus
  8. Haiii mbaaaa :D.

    Aku termasuk orang yg akan setia dengan blog kok, sampai kapanpun. Sama kayak mba, blog ini rumah. Mau aku pergi nyobain platform lain, tetep aja bakal kembali ke rumah :). Menulis udah aku lakuin dari dulu, dari zaman masih diary. Itu udah kayak kebiasaan yg susah hilang.

    Toh selama ini, kalo mau compare, aku ga cocok Ama platform YT, tiktok,podcast yang lebih menekankan Ama video dan suara. Mungkin Krn dr dulu aku LBH suka di belakang layar. Paling benci tampil. Jadi menulis udh sarana yg paling pas untuk menyembunyikan diri :D.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baruuu sekarang-sekarang aja aku ingin nyoba jadi banci tampil mbak, jadi mulai dengerin podcast dan nonton video, padahal asalnya sama sekali nggak pernah. Mungkin karena suami doyan banget dua jenis konten itu ya, lama-lama aku kebawa 🤣

      Tapi emang bener, blog tuh bener-bener rumah. Apalagi karena konten visual maupun audio juga pada awalnya harus mulai dari tulisan. Jadi kalaupun aku coba-coba konten lain, pasti bakal nulis dulu. Semoga sampai nanti pun blog ini tetap jadi pusat kehidupan onlineku, hahaha....

      Hapus
  9. Come to think of it saya ngeblog pertama kali itu sudah luama banget tapi masih 4l4y begitu. Kadang pos kadang nggak, lalu alami masa saat blogging booming tanpa monetisasi, lanjut ke monetisasi dimana konten keseharian berubah jadi konten berbayar semua.�� Lalu sekarang karena beralih media, hilang satu persatu yang konsisten itu yang tema cerita keseharian atau memang doyan nulis saja.

    Mungkin ini masanya yang nulis karena suka akan bertahan. Saya ngeblog karena nyaman saja. Kalau media lain butuh waktu dan fokus yang lebih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahhaa... mbak Pheb pernah nulis konten berbayar juga ya. Saya sejauh ini belum pernah nulis konten berbayar, karena nggak konsisten juga sih nulisnya 🤣 Sekarang blog ini memang masih blog pribadi, nggak menutup kemungkinan menerima konten berbayar. Tapi ya, mungkin memang nggak akan selalu sesuai dengan yang brand cari, karena saya lumayan ketat soal blog ingin bertumbuh seperti apa. Traffic dikit pun gak apa. masalahnya, brand kan nyarinya traffic 🤣🤣

      Jadiii, ya, sama seperti mbak Pheb, pada akhirnya ngeblog utamanya karena nyaman nulis, nggak berusaha mencari uang. Tapi gak nolak kalo ada. Lol 🤣

      Hapus
  10. Aduh-aduh selamat 5tahuan buat Tinydolce, rasanya tahun 2014 itu kaya muda banget, tapi pas dihitung angka beneran selisihnya udah 7 tahun alias tahun depan udah sewindu yaa Mbak.
    Ngomong-ngomong soal capek, aduh enggak sih, cuma lebih ke males aja hehehe. Udah nyoba beberapa platform yang lebih enteng, tapi kok rasanya nggak cocok terus ya. Podcast masih buat si, tapi kalo media sosial tampang alias tiktok n insta rasanya nggak cocok Mbak Meg, lagi on progress nyoba youtube tapi nggak tau deh hahahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heheheh iyaa loh karena kalau diibaratkan anak dia udah masuk SD! hihihii. Eh iya waktu itu kan rere bilang mau bikin podcast. Udah dipost podcastnya? Aku mau denger dong *kepooo* aku juga lagi coba2 youtube meskipun gatau dipostnya kapan. nanti pasti berkabar sih 🤣

      Hapus
  11. Hai mba mega, salam kenal :D
    Aku juga orang yg selalu ketinggalan mba. Punya blog aja baru di tahun 2020, di saat semua orang sudah beralih ke media lain. Pasti masih ada kok mba, penikmat dan pengguna blog, walaupun sedikit dan segmented 😄. Aku pernah nyoba media lain, ceritanya nulis quotes2 di instagram gitu, tapi gak cocok sama karakterku, alhasil balik ke blog lagi. Blog adalah tempat ternyaman sejauh ini 😃

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga, Mbak Sekar!

      Keren banget loh kalau tertarik membuat blog di tahun-tahun sekarang, karena sekarang kan blog sudah kalah pamor dibandingkan media yang lain seperti youtube dan sosmed. Tapi juga jadi percaya diri bog akan terus ada sampai tahun-tahun ke depan.

      hahahahaa... saya juga pernah tuh gitu, pengen nyoba bikin konten di instagram aja. Eh tapi jadinya malah gak nyaman, bingung dan merasa space-nya terlalu sedikit. Balik lagi ke blog deh, mungkin ke instagramnya nanti aja kalau konten di blog udah banyak.

      Hapus
  12. masih sukakkk nulis blogg mbak
    dari kecil udah suka nulis cerpen, suka baca. Dan suka sama dunia jurnalistik.
    emang bener ya, kalau nulis itu bisa jadi self healing buat sebagian orang.
    kalau lagi sumpek, blogwalking atau nulis udah cukup menghiburku mbak

    kalau lama ga buka, suka kangen.. blogwalking nya pun juga dicicil hahaha, misal oohh belum kunjungin pak anton nih, ada update-an apa ya, oia mbak mega juga belum dikunjungi, suka kepikiran aja gitu

    memang trend banyak muncul sekarang, pengen ngepodcast, masih belum tau apa yang mau diomongin, ke yutub juga kadang suka mager mau editnya. Niatnya kurang, tapi kalau ngeblog masih oke

    yang pasti pengennya semua ilmu mau dicobain, biar tau suka dukanya juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pokoknya kita masih sama-sama doyan ngeblog ya, mbak... bener banget, sampai saat ini nulis masih jadi terapi termurah dan terngefek yang saya punya. Lebih ngefek daripada makan enak atau window shopping, seenggaknya itu yang saya rasakan. ketika saya berhenti nulis, saya malah jadi kegoda buat belanja lebih banyak, sedangkan kalau rajin nulis, nggak sempet buat lihat wkwkwkw...

      BW juga bikin senang karena lihat orang-orang dengan segala kehidupannya ya mbak. Kebayang kalau video-walking, alias nontonin video orang dan ninggalin komentar, kayaknya lebih banyak waktu yang harus dihabisin 🤣🤣🤣

      Hapus
  13. uwuuuuw terima kasih mba janeee ❤️ Selama masih ada teman yang sama-sama setia dengan blog, kayaknya saya juga ga bakal kemana-mana. Emang sih blog ini termasuk hobi yang solitary, tapi ketika ada temen yang punya hobi sejalan, kan lebih semangat ya 🤣

    wetdah, mager dan denial itu aku banget. Mungkin karena dasarnya introvert, masih ada perasaan "malu" kalau pake sosmed, kayak gak berani gitu bikin story aneh-aneh dan niat. Kalau di blog kan rumah sendiri. Tapi ya, ada keinginan juga sih untuk leverage dan memanfaatkan sosial media. Hanya saja, mungkin gak sekarang karena masih fokus yang lain dulu. Mengencangkan konten tulisan, karena masih harus belajar konsisten 😂

    BalasHapus
  14. Relate banget deh, perasaan saya ke blog juga kaya gitu. Ngeblog udah sari 2008, mulai aktif banget 2012. Tapi juga sering Hiatus terus muncul lagi.

    Perkembangan teknologi juga membuat saya sempat berpikir ingin bikin video kaya orang-orang. Tapi rupanya bagi saya menulis itu tetap lebih simpel.

    Yang pastinya menulis di blog itu benar-benar ruang bebas. Bisa suka-suka menulis apa, bagaimana, dan kapan saja. Tak ada yang ngatur.

    Meski saya juga memanfaatkan kan blog dengan adsense, tapi saya ngga target banyak. Sedapatnya aja. Oleh karenanya meski publisher lama, pendapatan saya ngga seberapa. Karena yang paling utama bagi saya adalah kesenangan ketika menulis di blog itu sendiri.

    Selama masih ada sesama blogger yang suka baca, tentu blog akan selalu ada peminatnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. emang yang bikin kita suka tergoda tuh emang yaa, karena mikirnya di blog crowd kita nggak banyak. mikir mungkin kalau di video ada lebih banyak orang yang bisa dicapai, bla bla bla...

      tapi kita sendiri juga bisa jadi belum memaksimalkan blog dengan benar-benar. Jadilah, sekarang ini yang jadi fokus saya, memaksimalkan blog dulu yang memang sudah jadi kesukaan dan kenyamanan, baru mungkin expand ke konten lain setelah blognya sudah stabil.

      setuju mbak, orang yang suka baca pasti akan selalu ada ya :D

      Hapus
  15. Ngeblog berdasarkan mood kadang absen lama. Setelah baca-baca tulisan sendiri jadi mulai lagi. Gitu terus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha... kalau begitu, itu sudah jadi cycle-nya. 🤣

      Hapus
  16. aku pernah nyoba bikin vlog dan podcast, dan kesimpulanku, aku ngga berbakat menyunting kedua media itu. edit vlog dan podcast tidak semudah edit tulisan.. tapi di satu sisi, aku masih pengen nyoba untuk bikin beberapa konten ke format video dan podcast..

    blog ini salah satu cara untuk melatih kemampuan bercerita. kalo tulisan di blog ok, pindah ke video, podcast, atau media lain juga (teorinya) lebih mudah..

    untuk dapatin traffik, sebenarnya ya bisa dengan melakukan share lintas media. misal di vlog menampilkan banyak visual, tapi detilnya ditautkan ke blog, dan sebaliknya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. wihhhh, memang bener ya ngedit video dan podcast itu jauh lebih susah. Ketika saya berpikir untuk membuat kedua hal tersebut, saya malah mikir hal yang sama dengan Mas Zam... semua hal bermula dari konten teks, karena itu saya memutuskan untuk mengencangkan konten tulisan dulu. Nanti baru dikembangkan jadi berbagai konten lain.

      Lambat juga gak apa-apa yang penting nyaman dan konsisten, soalnya nulis juga saya masih suka on-off. ha ha ha....

      Hapus
  17. Alasan kita mirip2 nih kak. Udah coba beberapa platform juga tetep yang bertahan adalah blog. Seperti ada kesenangan tersendiri menumpahkan ratusan hingga ribuan kata dalam 1 postingan. Blog juga jadi sarana pengingat sejauh mana sih aku aku berjalan di hidup ini, dengan mendokumentasikan cerita2 yg pernah aku alami :D tetep semangat ngeblog ya kak!

    BalasHapus
  18. Hi kak. Aku baru baca tulisannya sekarang. Aku sepakat sih kak. Temen kerjaku pernah bilang kalau sekarang blog udah gk jamannya krn sdh banyak yg beralih ke media lain, gak salah sih, kebanyakan memang iya, media lain lebih menarik. Tp memang blog ini, tulisan kita, pasti masih punya peminatnya. Tempat pulang. Habis bersosial balik2nya ke sini. Baca2 tulisan orang2 yang menarik jd salah satu refreshing. Salam kenal ya kak :)

    BalasHapus

Posting Komentar